Kemuliaan Allah

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 23 September 2024 | Kel. 33:18-23

”Jawab Musa, ’Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.’ Lalu TUHAN berfirman, ’Aku akan membuat seluruh kegemilangan-Ku lewat di hadapanmu, dan akan akan menyerukan nama TUHAN di hadapanmu. Aku akan memberi kasih karunia kepada orang yang Kuberi kasih karunia dan Aku mengasihani orang yang Kukasihani.’ Firman-Nya lagi, ’Engkau tidak dapat melihat wajah-Ku, sebab tidak mungkin manusia melihat Aku dan tetap hidup.’ Lalu TUHAN berfirman, ’Ada suatu tempat di dekat-Ku, di atas gunung batu itu engkau dapat berdiri. Ketika kemuliaan-Ku lewat, Aku akan menempatkan engkau dalam celah gunung itu, dan menudungi engkau dengan tangan-Ku sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat punggung-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan.’”

Musa ingin sekali melihat kemuliaan Allah. Sepertinya itu cara dia meyakini bahwa Allah sungguh menyertai, juga menyayanginya. Musa, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, memohon, ”TUHAN, perlihatkanlah saya cahaya kehadiran-Mu.”

Kita tidak tahu apakah Musa menyadari bahwa permintaan itu berisiko. Yang pasti, Allah menyadari risiko itu. Di satu sisi—sebagai tanda sayang-Nya—Allah ingin memperlihatkan Diri-Nya, namun di sisi lain tak ada manusia yang dapat tahan melihat wajah-Nya. Karena itu, Allah menempatkan Musa dalam celah gunung agar tetap selamat, namun bisa tetap merasakan kemuliaan-Nya.

Tindakan Allah ini memperlihatkan bahwa Ia merasa perlu mengabulkan permintaan Musa, tetapi Ia juga ingin menyelamatkan Musa dari kematian. Semua itu dilakukan karena kasih. Ya, karena kasih-Nya.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi sinia:

Foto: Unsplash/Thomas K.