Ketaatan Filipus
3 Oktober 2022,
(Kis. 8:26-30),
”Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, ’Bangkitlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.’ Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu Filipus bangkit dan berangkat.”
Filipus taat. Kata ”lalu” berarti: langsung, seketika itu juga, atau tidak menunggu waktu lebih lama lagi. Filipus taat, meski dia tahu bahwa jalan itu sunyi. Ya, jalan itu jalan yang sunyi.
Banyak orang menyukai jalan yang ramai. Kalau terjadi apa-apa, dia bisa berteriak minta tolong. Biasanya orang menghindari jalan yang sunyi karena takut keselamatannya terancam. Dan Filipus dengan sengaja melewati jalan yang sunyi itu. Dia tidak takut.
Inilah yang ditekankan penulis Surat Yohanes: ”di dalam kasih tidak ada ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan siapa yang takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (1Yoh. 4:18). Filipus tidak takut karena dia mengasihi Sang Pemberi mandat. Kasihlah yang membuat Filipus taat dan berani. Dia juga percaya Allah tak mungkin salah. Dan di jalan sunyi itu Filipus melihat kereta kuda seorang pejabat.
”Lalu kata Roh kepada Filipus, ’Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’ Filipus bergegas ke situ dan mendengar pejabat istana itu sedang membaca kitab Nabi Yesaya.” Sekali lagi, Filipus taat. Bergegas berarti secepatnya, tidak lamban. Filipus agaknya tak mempersoalkan latar belakang orang asing itu. Mungkin pengalaman dengan orang Samaria makin membuat Filipus paham bahwa Kristus untuk semua orang. Di mata Filipus orang Etiopia itu wajib disapa.
Tampak jelas di sini bahwa Filipus tidak takut. Dia tidak takut ditolak. Dia mau menyapa. Mengapa? Karena motivasinya berdasarkan kasih. Sekali lagi, di dalam kasih tidak ada ketakutan. Ini persoalannya. Banyak orang tidak berani melalukan hal yang baik sekalipun. Mengapa? Mereka takut ditolak. Dan rasa takut memperlihatkan bahwa kasih mereka sungguh tidak sempurna.
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.