Laut

Published by Admin on

Ketika memandang birunya laut, saya berandai-andai, ”Apa yang akan terlihat tatkala air laut itu menjadi surut?” Sebuah pertanyaan yang aneh.  Namun, pertanyaan itu terjawab ketika ada sebuah fenomena alam yang belum lama ini terjadi di Pantai Sampur, Desa Kebintik, Bangka Belitung. Warga sangat terkejut saat melihat surutnya pantai yang terlihat hingga ke tengah laut. Pantai yang selama ini tertutup oleh air laut, kini terlihat dasarnya.  

Apa yang terlihat di sana? Ternyata tidak begitu aneh. Sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia pun tidak terlihat karena selain sudah tercampur dengan endapan, sampah dan pencemar lainnya sebagian sudah terurai dan terserap oleh makhluk hidup penghuni laut. Ikan dan kerang yang akan dikonsumsi oleh manusia tercemari oleh plastik, pestisida, dan logam berat termasuk merkuri dan timbal yang membahayakan. Itu sebabnya mari menjaga laut agar tetap bersih dengan mendaur ulang sampah, mengurangi limbah dan tidak membiarkan racun mengalir ke laut agar dapat mengurangi pencemaran di perairan kita. Melindungi lautan berarti melindungi kehidupan.

Laut melambangkan penerimaan yang tak terbatas, laut menerima apa saja yang masuk ke dalamnya  tanpa ada penolakan. Laut terlihat begitu tenang bahkan menghasilkan garam yang bermanfaat. Sebagai umat percaya, kita belajar dari laut. Walaupun menghadapi aneka pergumulan, pujian maupun kritikan atau teguran, kita dapat membawa semua itu kepada Tuhan, niscaya Dia akan memberikan ketenangan, kekuatan, kelegaan dan hikmat untuk bersikap sesuai dengan nilai-nilai kebenaran yang Tuhan ajarkan. Melalui setiap kesulitan, kita belajar banyak hal sehingga dimampukan menjadi berkat bagi seluruh ciptaan. Selamat meluaskan hati seluas lautan yang tenang, selamat menjadi garam dunia!

Yudi Hendro Astuti | Sobat Media

Foto: Yudi Hendro Astuti

Categories: Tala