Lilin yang Kecil

Kecil tidak hanya diameternya, tingginya pun sudah tinggal separuh dari semula karena dia setia dan tekun memberikan cahaya. Itu sebabnya di mata manusia dia semakin tiada artinya. Dia tidak tahu mengapa diciptakan sebagai lilin yang kecil, bukan lilin besar yang biasa berada di tempat-tempat istimewa dan menghiasi ruangan agar kemegahannya terlihat nyata.
Lilin kecil yang nyalanya tidak seberapa itu ternyata sudah cukup sebagai pertanda bahwa ada terang di sana. Kegelapan yang mendominasi memang tidak sebanding dengan keberadaannya. Nyala apinya terlihat ringkih. Saat diembus oleh angin, nyala itu bergoyang ke kanan dan ke kiri hingga meredup. Tetapi, entahlah, kekuatan apa yang membuatnya tetap menyala. Barangkali kekuatan itu berasal dari Sang Pencipta yang membuatnya tetap pada fungsinya, yaitu menerangi sekitarnya. Tanpa pilih kasih dia mengasihi semua yang ada karena dia tahu bahwa mengasihi ciptaan-Nya berarti memuliakan Penciptanya. Dan itu adalah tujuan hidupnya.
Perlakuan tidak nyaman dari pihak lain sering dia rasakan, namun dia diam dan tetap menyala. Dia memilih mengampuni agar jiwanya terbebas dan kekuatan baru dari Tuhan didapatkannya. Saat terjatuh dia memilih untuk mendekatkan diri kepada Tuhan agar harapannya dipulihkan. Keraguan sering menerpa saat menghadapi kelam yang pekat, namun Tuhan mengingatkan, ”Kamu adalah terang dunia,” maka keraguan sirna.
Justru di dalam kegelapan itulah dia dibutuhkan. Kalau sudah terang apalah fungsinya? Tuhan menguatkannya hingga dia tetap menyala dan berharap bertemu dengan lilin-lilin lainnya sehingga dapat bersama-sama menerangi dunia. Kelak jika Tuhan memanggil, maka dia sudah bisa mempertanggungjawabkannya, ”Saya sudah menjadi terang-Mu, Tuhan.” Ya, lilin kecil yang menginspirasi kita.
Yudi Hendro Astuti | Sobat Media
Foto: Unsplash/Jarl Schmidt