Manusia Celaka

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 6 Maret 2023 | Rm. 7:21-26

”Aku, manusia celaka! Siapa yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus, Tuhan kita!” (Rm. 7:24-25). Demikianlah seruan, pertanyaan, ucapan syukur Paulus.

Sang rasul dari Tarsus menyimpulkan dirinya sebagai manusia celaka dengan tanda seru. Itulah kenyataan manusia. Namun, Paulus melanjutkannya dengan kalimat tanya—dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini—”Siapakah yang mau menyelamatkan saya dari badan ini yang membawa saya kepada kematian?” Bagi Paulus, mengutip adagium Yunani, soma sema ’tubuh adalah penjara’. Ia butuh pembebasan.

Pengakuan dosa sungguh penting dalam hidup manusia. Namun, tak hanya berhenti di situ. Selanjutnya apakah kita mengharapkan pengampunan dosa atas pengakuan dosa itu. Pertanyaan Paulus bukanlah kalimat retorik, yang tidak membutuhkan jawaban. Tidak. Ia sangat membutuhkan jawaban.

Persoalan besarnya adalah banyak orang yang berhenti pada pengakuan dosa! Merasa bersalah dan hanya sampai di situ. Ia tidak memohon pengampunan. Mungkin karena merasa tidak ada pribadi yang mengampuninya. Akhirnya, bunuh diri menjadi jalan keluarnya!

Itulah yang ditawarkan Yesus semasa hidup-Nya hingga kini: ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat. 11:28).

Perkataan Yesus di sini merupakan undangan kepada setiap orang yang merasa putus asa karena tidak mampu melakukan apa yang baik. Yesus memberi kelegaan. Kelegaan karena para pengikut Kristus tak perlu ribet dengan semua peraturan yang malah membuat diri makin merasa bersalah. Pengikut Yesus memiliki jalan keluar ketika dia mendapati diri melakukan yang salah.

Ya, ada undangan. Dan undangan itu kekal sifatnya. Tak terbatas waktu. Persoalannya: maukah manusia menanggapi undangan-Nya?

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

Foto: Unsplash/Geovanni H.