Membaca Kitab Matius di Bulan Juni

Membaca Kitab Matius di bulan Juni melalui website Tangan Terbuka Media, saya mendapatkan banyak hal menarik, lebih tepatnya menantang. Ini mengingatkan saya pada sepenggal puisi: ”tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni”.
Ketika liturgi dan tahun gerejawi masih semarak dengan perayaan Paskah dan Pentakosta, Sobat Media diajak merenungi Kitab Matius yang dimulai dengan silsilah nenek moyang Yesus dan kisah di sekitar kelahiran Sang Bayi Natal di Kota Yerusalem. Ini seumpama kita sedang naik perahu dan merasakan arus yang berbalik.
Renungan dari Kitab Matius mulai terbit dan dibagikan melalui WhatsApp pada minggu terakhir Mei, bahkan ketika gereja merayakan Hari Kenaikan Yesus Kristus. Renungan Kitab Matius dimulai dengan mengulas nama-nama Tamar, Rahab, Ruth, dan istri Uria. Berikutnya adalah wangsa Daud dan nama-nama leluhur yang tercatat sepulang dari negeri pembuangan. Mencermati nama leluhur yang diselisik dengan jeli hingga peristiwa Natal melalui kisah-kisah perjumpaan malaikat Tuhan dengan Maria dan Yusuf, dan kisah para Majus.
Hamba yang Mempersembahkan Persembahan
Ketika kita melewati tema Minggu Trinitas di pertengahan Juni, renungan di Sabda-Mu Abadi tiba pada peristiwa Natal ketika para Majus mempersembahkan persembahan dengan simbol telapak tangan yang menghadap ke atas. Orang Majus dengan kekayaan dan kehebatannya mencari Raja yang baru lahir? Lalu tiba pada sikap hamba yang menyembah.
Menarik juga ketika saya menemukan sikap hamba ini juga ditunjukkan melalui percakapan dan pergumulan dengan malaikat Tuhan yang selalu hadir. Yusuf, suami Maria, diperingatkan melalui mimpi, juga para Majus yang mengambil jalan lain, alih-alih melapor kepada Herodes. Herodes yang tak kunjung mendapatkan laporan ini, tiba pada peristiwa pembantaian anak-anak di Yerusalem, tangisan di Rama.
Peristiwa pembantaian itu dikaitkan dengan nubuat Nabi Yeremia. Ya, nubuat Yeremia tentang pembuangan orang-orang Israel ke Babel sebagai tawanan. Orang-orang Israel tak lagi bisa menentukan nasib sendiri, ini tak beda dengan kanak-kanak yang dibantai atas perintah Herodes.
Menggenapi Seluruh Kehendak Allah
Yohanes Pembaptis—dalam kalender gerejawi umat Katolik—diperingati hari lahirnya pada 24 Juni, sekaligus memperingati karyanya hingga berusia 28 tahun. Ini bertepatan dengan renungan tentang pembaptisan Yesus oleh Yohanes dalam Matius 3. Ketika Yohanes merasa kecil dan tak berhak untuk membaptis Anak Manusia, Yesus mengingatkan kembali tugasnya.
Yesus menjawab dengan tepat: ”Biarlah hal itu terjadi sekarang, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Karena alasan itulah, Yesus menuju Sungai Yordan. Yohanes merasa tidak pantas membaptis Yesus, namun Yesus mengingatkan akan tugas dan kaidah yang seharusnya.
Tidak hanya peristiwa pembantaian kanak-kanak, juga peristiwa pembaptisan Yesus sering kali kita orang beriman zaman sekarang bertanya-tanya. Jawaban jitu dari Yesus Kristus juga bagi kita, karena Ia akan mengucapkan hal yang sama: ”Demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.”
“Kepada-Nyalah Aku Berkenan”
Yesus pun dibaptis, dan ketika Yesus keluar dari air, langit terbuka, Roh Allah nampak seperti burung merpati, lalu ada suara dari surga. ”Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan.”
Suara deklarasi dari Allah Bapa ini adalah dasar mengapa kita dan dunia mengimani Yesus Orang Nazaret. Dari peristiwa pembaptisan Yesus, kita diingatkan kembali akan jawaban jitu Yesus kepada Yohanes. Yesus adalah Sang Anak yang bersikukuh menggenapkan seluruh kehendak Bapa.
Peristiwa misteri berikutnya adalah pencobaan Yesus. Ini juga peristiwa yang tidak mudah dipahami, mengapa Roh Allah membawa Yesus ke padang gurun. Namun, kita bisa berkesimpulan Yesus Orang Nazaret adalah pribadi rendah hati, Ia tidak menolak, tidak juga merasa diri hebat dan menghindari pencobaan. Alasannya, pasti karena Yesus hendak menggenapkan seluruh kehendak Bapa. Yesus taat.
Tiga pencobaan yang Yesus alami justru menolong kita untuk mengerti makna hidup taat tersebut. Pertama: Yesus taat pada hukum alam, yakni tidak merasa perlu melanggar hukum alam dengan mengubah batu menjadi roti. Kedua: cobaan berkeinginan untuk menguasai kehendak Allah. Allah memang berjanji, tetapi manusia sering tergoda menuntut janji tersebut demi kepuasan ego pribadi. Jangan pernah mencobai Tuhan dan meragukan kemahakuasaan Allah. Ia Maha Kuasa, karenanya Ia mampu melakukan segala sesuatu asalkan itu seturut kehendak-Nya. Ketiga: cobaan berkait keinginan berkuasa tanpa batas. Menjadi tuan atas segala tuan. Bahkan merasa lebih hebat dari Allah. Dan semuanya berpusat pada diri sendiri. Inilah puncak dosa: pemberontakan manusia terhadap Allah.
Hal Mengikut Yesus
Bacaan Kitab Matius di akhir bulan Juni bersamaan juga dengan perikop Mengikut Yesus. Bacaan dalam ibadah minggu diambil dari Kitab Lukas, tentang para murid yang memahami bahwa mengikut Yesus seharusnya tidak sekadar tentang beroleh keuntungan, tetapi lebih pada prioritas dan hidup selalu berpusat kepada Yesus.
Ketika Yohanes ditahan Herodes, Yesus memilih menyingkir dan melanjutkan karya pemuridan di Galilea. Yesus mengajar dan juga memanggil para murid satu demi satu. Dengan demikian Yesus mempersiapkan pelayanan dan penggenapan kehendak Tuhan dengan karya yang nyata.
Pada 30 Juni gereja dan dunia memperingati tragedi yang disebut ”The First Martyrs of the Holy Church of Rome”. Kisah itu terjadi pada tahun 64 Masehi ketika ada kebakaran besar di Kota Roma yang menghancurkan sebagian besar kota. Banyak orang mencurigai Kaisar Nero sebagai dalang kebakaran tersebut. Kaisar Nero menyalahkan komunitas Kristen yang saat itu masih kecil dan dianggap aneh oleh masyarakat Romawi. Hukuman yang dijatuhkan sangat kejam dan dijadikan tontonan publik. Sebagian orang Kristen dijahit ke dalam kulit binatang lalu dilempar ke arena untuk dicabik-cabik anjing liar; yang lain disalibkan, mengikuti cara kematian Yesus; sebagian lagi diikat pada tiang, dilumuri tar atau lilin, lalu dibakar hidup-hidup sebagai obor untuk menerangi taman-taman Nero pada malam hari.
Yesus dari Nazaret tahu bahwa akhir pelayanan-Nya akan berakhir pada kematian yang mengerikan di kayu salib karena kesungguhan-Nya untuk menggenapi seluruh kehendak Bapa. Bagaimana dengan kita yang mengaku sebagai murid-Nya di zaman sekarang? Bulan Juni mengajarkan saya ketabahan, kesetiaan, dan belajar menjadi pribadi yang lebih baik dari Sang Guru Kehidupan.
Kris Hidayat | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Foto: Istimewa
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!