Pintu yang Sempit
Sang Guru sedang menolong para murid-Nya untuk berpikir jauh ke depan. Mereka harus mengambil pilihan dalam perspektif kekekalan.
Sang Guru sedang menolong para murid-Nya untuk berpikir jauh ke depan. Mereka harus mengambil pilihan dalam perspektif kekekalan.
Sang Guru mengajak para murid-Nya untuk mendahulukan kepentingan orang lain demi terwujudlah negeri yang gemah ripah repeh rapih.
Meminta mensyaratkan kerendahan, mencari mensyaratkan kefokusan, dan mengetuk mensyaratkan kesabaran. Sang pendoa menempatkan diri di bawah Allah Bapa.
Kita mesti percaya bahwa Injil memang untuk semua orang. Oleh karena itu, pekabaran Injil mesti diberikan tanpa pandang bulu.
Sang Guru melarang penghakiman karena ukuran dari penghakiman akan berbalik kembali kepada orang tersebut.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Itu berarti, jangan sampai kekhawatiran hari esok membuat kita kehilangan kebahagiaan hari ini.
Allah tidak hanya memberikan pakaian, tetapi Ia juga mendandani umat pilihan-Nya. Itulah yang semestinya membuat umat tak lagi perlu khawatir.
Allahlah yang memberi mereka makan sehingga mampu hidup, bahkan berkembang biak. Dan umat milik Allah pasti lebih berharga dari semua burung itu.
Manusia memang butuh harta untuk hidup. Namun, ia tak perlu menjadikannya sebagai pengganti Allah.
Mata yang jernih berarti tanpa prasangka apa pun. Hanya melihat apa yang dilihat. Tanpa tafsiran atau agenda apa pun.