Menangguhkan Persembahan

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi – 8 Agustus 2024 | Kel. 22:29-30

”Jangan menangguhkan persembahan panen gandummu dan air anggurmu. Anakmu laki-laki yang sulung harus kaupersembahkan kepada-Ku. Demikian juga harus kauperbuat dengan lembu dan kambing dombamu. Selama tujuh hari anak sulungnya boleh tinggal pada induknya, tetapi pada hari kedelapan engkau harus memersembahkannya kepada-Ku.”

Menunda kebaikan bukan tindakan baik. Apalagi persembahan kepada Allah. Ini masalah prioritas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prioritas diartikan sebagai ”yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain”. Berkait persembahan, sejatinya ini perkara hubungan. Konsep hubungan akan sungguh mewarnai prioritas kita.

Mengapa kita kadang menangguhkan persembahan? Kemungkinan besar karena Allah tidak menggunakan jasa debt collector. Kita juga tahu bahwa Allah itu Mahakasih. Ia pasti akan maklum jika kita menundanya beberapa menit. Persolannya, menunda menit menjadi jam, menunda jam menjadi hari, menunda hari menjadi minggu, dan ujungnya tahun. Dan akhirnya, karena malu, kita malah tidak melakukannya.

Mungkin kita perlu mengubah paradigma terhadap persembahan dari kewajiban menjadi hak. Kita pasti akan mengutamakan hak ketimbang kewajiban. Karena hak, kita akan merasa aneh jika tidak melakukannya. Hak akan mengingatkan kita bahwa ini merupakan kebutuhan, dan demi kepentingan, kita.

Ya, sejatinya persembahan adalah hak kita sebagai umat Allah.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Debby H.