Menanti dengan Sabar dan Sukacita

”Berbahagialah orang yang menerima pertolongan dari Allah Yakub, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya: Dia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya, yang menegakkan keadilan untuk orang yang ditindas, yang memberi makanan kepada orang yang lapar. TUHAN membuka mata orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk lesu, TUHAN mengasihi orang benar” (Mzm. 146:5-8).
Dalam mazmur 146, Allah diakui sebagai Pribadi yang menegakkan keadilan, memberi makan, membuka mata orang buta, menegakkan orang tertunduk, dan mengasihi orang benar.
Lalu, bagaimana itu bisa terjadi? Allah tidak bekerja sendirian. Allah melibatkan manusia! Dia ingin kita terlibat dalam memperlihatkan wajah Allah bagi dunia! Aneh rasanya, jika kita mengakui Allah sebagai Pribadi yang sungguh-sungguh peduli terhadap nasib manusia, namun kita sendiri abai akan tugas kita di dunia ini.
Yesus orang Nazaret memperlihatkan kepada kita bahwa Allah bekerja melalui manusia. Yesus telah memperlihatkan wajah Allah bagi sesama? Yesus peduli dengan manusia. Dan itulah yang didengar Yohanes Pembaptis dalam penjara.
Harapan Yohanes Pembaptis
Yohanes Pembaptis di penjara. Orang yang pernah begitu menggetarkan padang gurun Yudea tak lagi bisa bertemu dan menegur orang sesukanya. Dinding-dinding penjara telah membatasi gerak tubuh dan suaranya.
Bisa jadi, terkait gaya hidupnya, di awal-awal pemenjaraannya dia tak begitu mempersoalkan nasibnya. Sebab, dia dipenjara bukan karena tindak kriminal, tetapi karena gencar melancarkan kritik. Dan yang menjadi sasaran kritiknya kali ini ialah Herodes—Sang Penguasa negeri. Ketika Herodes mengunjungi rumah Filipus di Roma, ia membujuk Herodias untuk meninggalkan Filipus dan menikah dengannya.
Di mata Yohanes Pembaptis, kesalahan Herodes tak boleh dibiarkan. Bagaimanapun, Herodes adalah pemimpin negeri. Jika kesalahan pemimpin dibiarkan, maka dia akan kehilangan kewibawaannya sebagai pemimpin. Jika pemimpin telah kehilangan wibawanya, apa lagi modalnya selaku pemimpin?
Herodes ternyata tak suka dikritik. Sebagai penguasa, Herodes merasa bisa berbuat apa saja. dan itulah yang dilakukannya dengan menangkap Yohanes Pembaptis dan menjebloskannya ke dalam penjara.
Nah, di penjara itu Yohanes Pembaptis mendengar tentang pekerjaan Yesus. Sepupunya itu ternyata telah menjadi orang terkenal. Yesus, orang Nazaret, yang pernah dibaptis olehnya itu, telah melakukan serangkaian mukjizat. Cuma, persoalannya, mengapa pula Yesus seakan tidak mempedulikannya?
Lupakah Yesus dengan peristiwa baptisan yang belum lama berselang. Jika tidak, mengapa Yesus tidak memberi perhatian kepadanya? Tak heran, jika Yohanes Pembaptis mengutus para murid-Nya untuk bertanya, ”Engkaukah Dia yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?”
Putra Zakharia itu tak bisa lagi menyembunyikan perasaannya, juga keragu-raguannya. Jika Yesus memang Mesias, mengapa Dia membiarkan dirinya, orang yang pernah membaptis-Nya, merana dalam penjara? Jika Yesus adalah Mesias, mengapa dia tidak membebaskannya dari penjara? Mengapa Yesus tidak membelanya? Bukankah Dia punya kuasa untuk itu?
Yesus Tetap Mesias
Atas pertanyaan itu, Yesus menegaskan bahwa Dialah Mesias sebagaimana nubuat Yesaya: ”Pada waktu itu, mata orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu, orang timpang akan melompat-lompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara” (Yes. 35:5-6).
Suasana sebagaimana nubuat Yesaya telah digenapi oleh Yesus sendiri. Yesus sendiri dengan lugas dan tegas menyatakan kepada utusan Yohanes untuk mengatakan kepada Yohanes apa yang mereka dengar dan lihat: ”orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, penderita penyakit kulit ditahirkan, orang tuli mendengar, orang mati, dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Mat. 11:15).
Akan tetapi, lanjut Yesus, ”Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” Yesus tampaknya hendak menyatakan bahwa Dia tetap Mesias. Memang, Sang Guru dari Nazaret itu belum mengunjungi sanaknya yang di penjara. Namun begitu, Dia tetap Mesias. Dan Mesias akan melakukan apa yang dipandang-Nya baik.
Dengan kata lain, Yesus adalah Mesias, meskipun tidak melakukan apa yang diharapkan Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis tentunya memiliki pengharapan yang besar terhadap Yesus. Mungkin saja ia ingin dibebaskan oleh Yesus sendiri, mungkin saja ia ingin ditengok. Tetapi, meski Yesus tidak memenuhi harapan Yohanes Pembaptis, Dia tetap Mesias. Dan penulis Alkitab mencatat, hingga akhir hidup Yohanes Pembaptis, dua bersaudara itu tak pernah bertemu lagi di dunia.
Yesus tetap berharap Yohanes Pembaptis tidak patah arang. Bahkan, Yesus sendiri memuji Yohanes Pembaptis: ”Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis” (Mat. 11:11).
Mengapa Yesus tidak mengabulkan permintaan Yohanes Pembaptis? Pertama, sebab Yesus sungguh Tuhan. Jika, Yesus mengabulkan semua permintaan manusia, lalu siapakah yang sesungguhnya menjadi Tuhan?
Kedua, Yesus tahu kekuatan iman Yohanes Pembaptis. Yesus tahu bahwa tanpa kunjungan-Nya pun Yohanes Pembaptis tetap setia kepada Allah. Dan itulah yang memang terjadi. Yohanes Pembaptis mati dalam kesetiaannya kepada Allah.
Sabar dalam Derita
Ya, Yesus tetap Mesias, meski apa yang kita harapkan belum terkabul, bahkan mungkin tak pernah terkabul. Kemesiasan Yesus tidak akan berubah meski Dia tidak melakukan hal-hal yang besar dalam kehidupan kita. Tak hanya kepada Yohanes Pembaptis, kepada kita pun Yesus berkata: ”Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”
Karena itu sungguh relevanlah surat Yakobus yang dikumandangkan hari ini: ”Sebab itu, sabarlah Saudara-saudaraku, sampai Tuhan datang. Lihatlah bagaimana sabarnya seorang petani menunggu sampai tanahnya memberikan hasil yang berharga kepadanya. Dengan sabar ia menunggu hujan musim gugur dan hujan musim bunga. Hendaklah kalian juga bersabar dan berbesar hati, sebab hari kedatangan Tuhan sudah dekat. Janganlah menggerutu dan saling menyalahkan, supaya kalian tidak dihukum oleh Allah. Ingat! Hakim sudah dekat, siap untuk datang. Saudara-saudara, ingatlah para nabi yang berbicara atas nama Tuhan. Mereka sabar dan tabah menderita. Jadi, ambillah mereka sebagai contoh.” (Yak. 5:7-10, BIMK).
Yakobus berbicara soal petani yang sabar, juga soal nabi-nabi yang tabah menderita. Itu berarti kita perlu tetap berharap kepadanya dan tak menjadi kecewa. Bahkan, jika harapan kita ternyata tinggal harapan.Dan ketika harapan kita tinggal harapan, baiklah kita menyerahkan segala keberadaan diri kita kepada kedaulatan Tuhan semata, sebagaimana Yohanes Pembaptis. Dengan kata lain, kita dipanggil untuk menanti karya Tuhan dengan sabar dan sukacita.
Yoel M. Indrasmoro
Foto: Istimewa