Natal di Hatiku

Ada sebuah lagu yang mengingatkan saya akan indahnya air terjun Grojogan Sewu yang saya nikmati sewaktu saya masih kecil. Lagu itu diperdengarkan berkali-kali di kawasan itu sehingga saya menjadi hafal beberapa liriknya. Ternyata sebuah lagu sanggup membuat kita mengingat peristiwa tertentu. Hal yang sama terjadi ketika saya mendengar lagu berjudul ”Natal di Hatiku”, yang diperdengarkan berulang-ulang di sebuah gereja yang saya kunjungi di Natal tahun lalu, yang mengingatkan saya akan antusiasme jemaat untuk hadir di malam itu.
Untuk memastikan agar kami sekeluarga dapat mengikuti ibadah malam Natal, sehari sebelumnya kami menanyakan kepada petugas gereja. Ternyata kami harus hadir satu jam sebelum ibadah dimulai agar mendapatkan tempat di dalam gedung gereja. Hal itu sungguh mengejutkan! Sebab di gereja kami, hadir beberapa menit sebelum ibadah dimulai pun masih mungkin mendapatkan tempat duduk di dalam gedung gereja.
Kami memilih hadir setengah jam sebelum ibadah dimulai. Ternyata benar, jemaat hadir berduyun-duyun begitu berlimpah sehingga memenuhi ruang-ruang di dalam gedung gereja maupun halaman. Bersyukur ada beberapa kursi yang kosong sehingga kami dapat menikmati indahnya Natal, walaupun harus berada di bagian samping gereja dengan menghadap layar yang terhubung dengan mimbar.
Natal mengingatkan kita akan kasih Allah kepada manusia. Menikmati Natal membutuhkan iman bahwa Allah hadir ke dalam dunia untuk menebus dosa dan mengubah hidup umat-Nya. Tugas manusia adalah mendemonstrasikan kasih-Nya dengan hidup berdampak sehingga kebaikan, keadilan, dan kebenaran dapat diwujudnyatakan. Bukan hanya di hari-hari Natal saja, melainkan di sepanjang tahun.
”Sebab Natal tak akan berarti tanpa kasih-Mu, lahir di hatiku.
Hanya bersama-Mu Yesus, kurasakan selalu indahnya Natal di hatiku.”
Yudi Hendro Astuti | Sobat Media
Foto: Unsplash/Ruedi Häberli