Peluncuran Pelita bagi Kakiku

Published by Citra Dewi Siahaan on

peluncuran buku

”Kata-kata Pdt. Marison tidak main-main. Serius. Dia benar-benar melahirkan buku ini bukan karena dikejar-kejar waktu, tetapi karena merenungkan, menggalinya.” Kira-kira begitulah yang disampaikan Bpk. Arman Widya dalam acara Peluncuran Buku Pelita bagi Kakiku karya Pdt. Tohom Marison Pardede pada 19 Oktober 2024 bertempat di GKI Kebayoran Baru. Setiap pribadi yang mengenal Pdt. Marison sepertinya ikut mengiyakan pernyataan Bpk. Arman Widya.

Buku Pelita bagi Kakiku: 88 Renungan Mazmur 119 lahir dari ketekunan Pdt. Marison dalam membaca dan menggali Mazmur 119 pada masa Covid. Beliau banyak menghabiskan waktu untuk menggali dan menuliskan buah perenungannya berkait Kitab Mazmur.

Namun, ”mengapa Pdt. Marison memilih Mazmur 119 untuk ditulis dan diterbitkan?” tanya Pak Beni, salah seorang peserta yang hadir dalam acara peluncuran. Menurut Pdt. Marison Mazmur 119 luar biasa karena memiliki banyak kata kerja aktif. Selain itu, Pdt. Marison menemukan kekayaan Mazmur 119 yang ditulis dengan gaya akrostik. Akrostik yang terdapat dalam Mazmur 119 terdiri atas 22 bait dan masing-masing baitnya berisi 8 baris yang dimulai dengan huruf yang sama. Dan berkait penerbitannya, tak lepas dari usulan Pdt. Yoel M. Indrasmoro.

Terdapat tiga penanggap dalam acara tersebut di antaranya: Pdt. Berghouser B. Tambunan, Bpk. Arman Widya, dan Pdt. Yoel M. Indrasmoro. Diskusi dipimpin oleh Bpk. Ichwan Panggabean. Suasana haru, hangat, dan sukacita tercipta dalam acara ini. Sebagaimana Pdt. Marison yang telah mengambil langkah awal untuk tekun dalam pembacaan firman Tuhan, setiap peserta yang hadir juga diharapkan melakukan hal yang sama.

Kutipan Bab 42 buku Pelita bagi Kakiku berikut ini—yang juga dibacakan dalam acara peluncuran oleh seorang pemudi bernama Dhaniar—kiranya menjadi ajakan dan pengingat bagi kita untuk semakin mencintai firman Tuhan: ”Meski hidup pemazmur ’seperti kirbat yang diasapi’, ia selalu gigih dan berjuang untuk tidak melupakan firman Tuhan, tidak meninggalkan perintah Tuhan. Ia selalu bertahan untuk mengingat, berharap, dan memegang firman Tuhan. Baginya tidak ada alasan apa pun, termasuk kehancuran hidup yang dapat menyingkirkannya dari komitmen pribadinya untuk berpegang pada firman Tuhan. Singkatnya, kondisi paling dahsyat yang menghancurkan hidupnya sekalipun, tidak akan membuatnya berpaling dari berpegang pada Tuhan dan firman-Nya.”

Citra Dewi Siahaan | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Foto: Peluncuran Buku “Pelita bagi Kakiku”, di GKI Kebayoran Baru, 19 Oktober 2024

Categories: Kabar Buku