Perceraian

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 25 Januari 2025 | Mrk. 10:6-9

”Padahal sejak awal ciptaan, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Yesus menegaskan bahwa perkawinan merupakan karya Allah juga. Jadi, tidak melulu karya manusia. Memang, laki-laki dan perempuan bersepakat membina keluarga. Namun, baiklah kita bertanya, “Dari manakah daya tarik itu berasal? Mengapa di antara semua perempuan atau laki-laki, kita mengambil dia menjadi pasangan hidup kita? Mengapa bukan yang lain? Jawabnya: Allah berkarya!

Mengapa gereja melarang perceraian? Pertama, sebab merekalah yang mula-mula mengundang Allah untuk memberkati perkawinan mereka. Jika sudah minta berkat, artinya sepasang pengantin itu serius dengan perkawinan mereka; perceraian sejatinya meremehkan Allah yang memberkati perkawinan!

Kedua, orang yang bercerai sesungguhnya telah menganggap pasangannya itu seperti benda yang bisa diperlakukan sekehendak hatinya! Suka, kawin; bosan, cerai! Allah menginginkan setiap orang memandang orang lain—khususnya pasangan hidupnya—sebagai sesama yang setara kedudukannya!

Ketiga, Allah mengajak kita untuk sungguh-sungguh menjadi manusia sejati! Manusia yang mempunyai integritas! Artinya, sebagaimana Yesus, Sabda Yang Menjadi Manusia, manusia juga harus menyatukan antara ucapan dan perbuatan. Manusia dinilai dari mulutnya. Jika pernah berjanji, tak ada alasan bagi dia untuk mengingkari janji dalam keadaan apa pun!

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

n.b.: Dukung pelayanan digital via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!