Putar Balik

Published by Admin on

Dalam sebuah kesempatan saya menghadiri undangan di Ciranjang, Cianjur. Sebuah desa yang pernah saya kunjungi lebih dari dua dekade lalu. Sepulang dari sana, saya mencoba melewati jalan lain.  Sayangnya, di tengah perjalanan jalan ditutup karena ada perbaikan. Anehnya, tidak dipasang rambu sehingga saya pun tidak tahu bahwa ada perbaikan jalan di situ. Saya bersyukur karena ada lokasi yang cukup sehingga kendaraan dapat berputar balik. Perjalanan memang menjadi lebih jauh, namun hati terasa lebih lega karena sudah pasti akan bertemu dengan jalan utama.

Di masa kini banyak orang terlalu sibuk mengejar validasi atau pengakuan bahkan rela melakukan segala cara untuk mendapatkan apresiasi, pujian dari sekelilingnya. Semakin mendapatkan validasi, semakin sibuk menyenangkan orang lain hingga lupa pada tujuan yang sesungguhnya. Hidup terasa di atas panggung dan kebahagiaan pribadi ditentukan oleh tepuk tangan orang lain.

Jika hal itu terjadi kepada kita, maka tidak perlu malu mengakuinya dan segera ”berputar balik” dari kesalahan berjamaah tersebut. Ya, inilah pilihan yang tepat. Jaksa Agung Republik Indonesia, Baharuddin Lopa, pernah menuliskan: ”Banyak yang salah jalan, tapi merasa tenang karena banyak teman yang sama-sama salah. Beranilah menjadi benar meskipun sendirian.”

Kristus dengan ketulusan kasih-Nya rela disalib sebagai kurban penebus dosa manusia. Sebuah teladan bagi kita untuk mengerjakan kebaikan dengan tulus, rendah hati, tidak mengharapkan imbalan apalagi sorotan dan pujian yang sia-sia. Daripada terus berupaya mendapatkan pengakuan atau validasi, lebih baik berputar balik untuk mengerjakan misi kehidupan, yaitu berkontribusi nyata. Berkarya lebih bermakna dan bermanfaat bagi sesama dan semesta.

Segala sesuatu yang kita lakukan hendaklah untuk memuliakan nama Tuhan karena hidup adalah anugerah-Nya.

Yudi Hendro Astuti | Sobat Media

Foto: Istimewa

Categories: Tala