Ruang Kuliah Tiranus

30 November 2022,
(Kis. 19:8-10),
”Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan berbicara dengan berani serta berdebat dengan mereka untuk meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah. Tetapi ada beberapa orang yang keras hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus.”
Ketika diskusi menemui jalan buntu, Paulus mengambil jalan logis. Dia memisahkan para muridnya dari orang-orang yang tidak hanya tak mau diyakinkan, malah mencerca ajaran Kristen. Logis karena Paulus sepertinya sadar, mungkin saja para murid yang masih bertumbuh itu bisa bimbang karena tekanan orang-orang itu. Sehingga Paulus memberikan pelajaran kepada mereka setiap hari. Dalam beberapa naskah kuno tertera: dari jam 11.00 siang sampai jam 16.00 sore. Dan tidak tanggung-tanggung, selama dua tahun.
Bisa jadi apa yang dilakukan Paulus merupakan kursus Alkitab intensif pada masa itu. Mungkin gereja-gereja masa kini pun agak sulit menandinginya. Jika gereja-gereja masa kini membuat pembinaan setiap minggunya 2,5 jam, maka perlu waktu sekitar 28 tahun. Tampaknya Paulus memahami pentingnya pembinaan warga gereja.
Kelihatannya Paulus hanya melakukan perintah Tuhan Yesus. Kepada para murid-Nya, Sang Guru berpesan dalam Matius 28:19-20: ”Sebab itu pergilah kepada segala bangsa di seluruh dunia, jadikanlah mereka pengikut-pengikut-Ku. Baptiskan mereka dengan menyebut nama Bapa, dan Anak, dan Roh Allah. Ajarkan mereka mentaati semua yang sudah Kuperintahkan kepadamu.”
Sejatinya, itulah panggilan gereja dari masa ke masa. Tak sekadar membaptis, gereja perlu mengajar umatnya untuk sungguh-sungguh memahami imannya dan menerapkan iman itu dalam kehidupan sehari-hari.
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.
Sumber Foto: Unsplash/Feliphe Schiarolli