Memandang ke Bumi
5 September 2022
(Kis. 1:9-11)
Pertanyaan malaikat Tuhan kepada para murid—”Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit?” (Kis. 1:11)—memperlihatkan bahwa para murid terpana menyaksikan kenaikan Yesus ke surga. Mereka terpukau menyaksikan Sang Guru pergi dalam kemuliaan-Nya. Itu bukan peristiwa lumrah. Tak heran, mereka semua terpaku menyaksikannya. Ya, mereka terpaku karena terpukau.
Kita tak pernah tahu berapa lama para murid terpaku. Tak pernah juga kita tahu berapa lama mereka menengadah ke langit. Yang kita tahu pasti, mereka ditegur karena terlalu asyik memandang langit. Dan terlalu asyik memandang langit akan membuat mereka untuk sesaat lupa akan tanggung jawab sebagai saksi Kristus di bumi ini. Itu berarti mereka dipanggil untuk memandang bumi.
Berkait panggilan memandang bumi, Paulus, dalam suratnya kepada jemaat Efesus, menulis: ”Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu” (Ef. 1:15-16).
Jelaslah di sini, iman kepada Allah menjadi dasar bagi jemaat untuk mengasihi orang lain. Warga jemaat di Efesus tak hanya memandang kepada Tuhan, tetapi juga kepada sesama. Mereka tak hanya memandang langit; melainkan juga memandang bumi.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita memang seperti warga jemaat Efesus? Jika belum, bersyukurlah karena Allah masih memberikan waktu kepada kita semua. Mari kita kembali memeriksa kewajiban-kewajiban yang harus kita tanggung—entah di tengah keluarga, gereja, dan masyarakat. Itu pun bisa besar, bisa kecil. Namun, apa pun itu, kita semua adalah orang-orang kepercayaan Allah sendiri. Selamat bebenah!
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.