Saksi Sunyi Lembah Grime

Pada awal 2024 matahari terbit di atas bukit hijau Lembah Grime Nawa, Papua. Rosita Tecuari, hamil sembilan bulan, melangkah menuju kantor bupati, bukan untuk melahirkan, tetapi membawa suara rakyat. Di tangannya ada map berisi tanda tangan dan pernyataan warga, dan mama-mama adat berdiri di sisinya memperjuangkan hutan adat Namblong.
Tanah ulayat/adat mereka telah diberi izin tanpa persetujuan masyarakat. Ekskavator mulai merusak hutan Unurumguay dan Nimbokrang. Sebagai Ketua Organisasi Perempuan Adat (ORPA) Suku Namblong, Rosita menyampaikan tegas: ”Kami datang ke sini untuk menyampaikan aspirasi terkait dengan pembabatan hutan yang sedang terjadi di wilayah Unurumguay dan Nimbokrang. Wilayah itu wilayah adat Namblong. Wilayah itu adalah tanah adat kami. Kami menolak pembabatan hutan yang merusak sumber hidup masyarakat,” kata Rosita di hadapan perwakilan kantor bupati.
Bagi mereka hutan bukan sekadar lahan, di sanalah makanan, obat, cerita leluhur, dan masa depan anak-anak bertumbuh. Mereka tidak menolak pembangunan, hanya menolak kerusakan yang mengabaikan ciptaan Tuhan. Bagi masyarakat adat Namblong menjaga hutan adalah bagian dari mandat Tuhan kepada manusia: merawat, bukan merusak; menjaga, bukan mengabaikan.
Di kampung mama-mama adat berjalan dari rumah ke rumah menjelaskan bahwa tanah dilepas tanpa musyawarah. Meski ada penolakan, termasuk dari keluarga sendiri, mereka tetap bertahan. Malam-malam mereka dipenuhi doa memohon kekuatan.
Hutan Lembah Grime menjadi saksi keberanian perempuan yang selama ini dianggap tak bersuara padahal merekalah penjaga kehidupan. Kisah mereka mengingatkan kita:
Saat pohon ditebang tanpa kendali, hutan kehilangan napasnya;
Saat wilayah adat dirusak, identitas dan masa depan ikut terancam;
Saat kita diam, kita membiarkan bumi kehilangan pelindungnya.
Bagi mama-mama Papua, alam bukan sesuatu di luar diri manusia. Hutan adalah bagian dari hidup mereka, tempat mereka bernapas, belajar, dan berharap. Karena itu, mereka memulai dari langkah sederhana: menjaga tanah yang Tuhan titipkan.
Dari Lembah Grime kita belajar bahwa menjaga hutan berarti menjaga kehidupan itu sendiri, sebuah panggilan suci bagi setiap manusia.
Repelita Tambunan | Sobat Media
Foto: AI, Ilustrasi Perempuan Lembah Grime: Rosita Tecuari dan para perempuan ORPA Namblong