Teluk

Memvideokan lekukan pantai sepanjang beberapa kilometer dengan membonceng tukang ojek merupakan sebuah pengalaman menarik bagi saya. Ban kendaraan itu meninggalkan jejak di pasir putih berupa alur yang memanjang. Sesekali terlihat pola yang berbeda, tanda ban sedikit tergelincir. Pantai yang indah dengan air laut yang jernih kehijauan itu adalah pantai Legon Pari, sebuah teluk yang berada di sebelah timur pantai Tanjung Layar Sawarna, Banten.
Bagian laut yang menjorok ke daratan membentuk cekungan ini memiliki ombak yang relatif kecil sehingga kita tidak dapat menyaksikan keindahan peselancar yang meliuk-liuk meniti ombak seperti penari. Peselancar selalu mencari ombak yang besar karena baginya ombak adalah kebutuhan, bukan sesuatu yang menakutkan. Mereka berselancar menikmati setiap gerakan gelombang yang datang.
Kita cenderung lebih senang bermain di ”teluk” yang aman. Kita enggan menghadapi samudera kehidupan karena di sana masalah berdatangan ibarat gelombang lautan. Namun, Tuhan melatih kita untuk menjadi peselancar yang andal. Adanya gelombang permasalahan adalah cara Tuhan membentuk karakter dan menguatkan iman agar kita semakin mendekat kepada-Nya.
Begitu pula bagi bangsa Indonesia di ulang tahunnya ke-80 ini. Kemerdekaan adalah anugerah Tuhan dan kehadiran orang percaya di tanah air bukanlah suatu kebetulan. Sering kali kita mempertanyakan banyak hal. Apa arti kemerdekaan kalau rakyat masih kelaparan, pangan masih impor, intoleransi dan korupsi masih melanda negeri ini? Namun, Artidjo Alkostar, seorang pengacara, hakim, dan akademisi hukum Indonesia menuliskan, ”Jangan hanya protes, tunjukkan bahwa kamu juga punya dedikasi.”
Mari berkontribusi bagi negeri, beraksi nyata di tengah kehidupan bangsa. Dimulai dari diri sendiri, mulai dari yang sederhana. Selamat berselancar bersama Sang Penguasa samudera kehidupan.
Yudi Hendro Astuti | Sobat Media
Foto: Yudi Hendro Astuti