Terowongan

Tidak seperti terowongan masa kini yang relatif terang benderang, terowongan pada masa lalu identik dengan gelap, lembab, dingin, dan misterius. Itu sebabnya ada mitos tentang keharusan membunyikan klakson saat memasuki sebuah terowongan. Barangkali kondisi ini tepat untuk menggambarkan suramnya sebagian dari kehidupan generasi muda saat ini.
Dari media sosial kita dapat menyaksikan serentetan berita yang membuat kita miris, seperti mahasiswa FISIP UNUD yang mengakhiri hidupnya dengan terjun dari lantai empat gedung kampusnya di Denpasar, Bali. Disusul berita tentang siswa yang melaporkan ke polisi karena diperlakukan tidak baik secara fisik oleh kepala sekolah dan banyak berita viral semacam ini.
Akan tetapi, pepatah Persia mengatakan, ”Saat pohon tumbang, semua orang mendengar suaranya. Namun, saat pohon tumbuh, tak seorang pun mendengarnya.” Di antara berita-berita menyedihkan, ada banyak berita yang menggembirakan antara lain banyak generasi muda penerus bangsa yang tengah berjuang keras dalam sunyi, belajar, berbenah diri dan terus bertumbuh. Tak sedikit di antara mereka yang konsentrasi terhadap lingkungan, juga yang prihatin dan tergerak untuk turut membenahi pendidikan di negeri ini, serta yang berprestasi hingga berkarier di luar negeri. Proses pertumbuhan sering tidak terlihat, namun kegagalan selalu ramai diperbincangkan.
Bukan hendak menafikan berita yang memprihatinkan itu. Namun, kita membutuhkan banyak berita yang dapat menginspirasi, baik untuk generasi muda yang tengah berjuang maupun bagi para orang tua yang sedang berbenah untuk menjadi teladan. Kita semua merindukan ”cahaya di ujung terowongan”, berharap kegelapan segera sirna. Sebab, ketika Tuhan menyinari, tidak ada hal yang tersembunyi. Di dalam Tuhan ada pengharapan, Dia menganugerahkan kedamaian dan ketenteraman bagi umat-Nya.
Yudi Hendro Astuti | Sobat Media
Foto: Unsplash/Jesse Gardner