Tuhan Menjaga

Jumat siang itu terasa indah, hujan rintik-rintik, tidak ada rutinitas yang saya lakukan. HP saya bergetar, dan saya mengangkatnya, padahal selama ini saya tidak pernah mengangkat telepon dari nomor yang tidak ada di kontak saya. Ternyata dari dukcapil katanya, menerangkan tentang digital KTP. Saya pun segera menggooglingnya, sembari mencari konfirmasi dari teman. Petugas menjelaskan hal yang sama dengan informasi yang saya dapat, sehingga saya percaya dan membuat janji untuk datang ke kecamatan pada waktu yang disepakati. Namun, dia menjelaskan bahwa saya memerlukan bar code yang akan dia kirim, dan untuk mendapatkannya saya diarahkan untuk mendownload aplikasi yang sudah dia tentukan.
Akhirnya saya mengikuti petunjuknya satu per satu, termasuk ketika dia meminta saya memasukkan tiga password aplikasi itu, demi keamanan katanya. Jadi saya pun memasukkan password yang biasa saya gunakan supaya tidak lupa. Namun, ketika dia meminta saya untuk meletakkan sidik jari ke layar handphone, saya mulai merasa ini adalah penipuan. Downloading aplikasi tetap berlanjut, dan saya mulai panik ketika HP tidak bisa dimatikan. Segera saya cabut sim card, namun layar HP tetap menunjukkan proses downloading. Saya pun semakin panik, mematikan wifi di rumah, dan meminta bantuan petugas security kompleks untuk mematikan HP agar proses downloading berhenti. Mereka masing-masing mencari tahu melalui gadget mereka, mencoba beberapa kali, sampai akhirnya HP bisa dimatikan.
Saya segera ke konter HP yang ada di sekitar saya, petugas mengatakan itu adalah malware. ”Kami sering kedatangan orang-orang seperti Ibu, makanya Ibu jangan menerima telepon dari orang yang tidak dikenal, sekarang yang terbaik Ibu ke bank untuk memblokir rekening yang ada.”
Sabtunya saya ke toko gadget untuk membuka dan menghapus malware tersebut, rasanya lemas ketika petugas menunjukkan ada tiga account dalam HP yang sudah berhasil diretas, namun bukan account yang berhubungan dengan rekening bank. Petugas juga mengatakan hal yang sama dengan petugas konter yang sebelumnya saya datangi, kalau mereka sering mendapati orang-orang seperti saya, bahkan ada yang datang dengan menangis karena sudah terlanjur dikuras rekeningnya.
Dunia memang jahat, di dalam rumah pun bisa rawan penipuan. Saya jadi merenung, menjelang setengah abad hidup di dunia ini, entah sudah berapa kali mengalami penipuan dan pencurian, baik itu berupa uang, barang, maupun kepercayaan. Namun, setiap kali saya membayangkannya, saya pun terkesan dengan orang-orang yang membantu saya dalam menghadapinya.
Dan kali ini, ada petugas security kompleks yang sigap dengan ketidakmengertiannya mencari informasi tentang mematikan HP yang terkena scam; petugas konter dan toko gadget yang membantu mengidentifikasi, memberikan informasi, dan memperbaikinya; dan saat membuka satu per satu rekening yang terblokir, ada petugas bank yang dengan ramah dan serius mendengarkan, memberikan langkah-langkah pengamanan dalam membuka kembali rekening saya.
Selalu ada manusia baik dalam dunia ini. Dan saya tidak merasa sendirian menghadapinya karena Tuhan menjaga saya melalui kehadiran mereka, orang-orang di sekitar yang saya kenal maupun tidak saya kenal.
Tjhia Yen Nie | Sobat Media~Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media