Akhir Zaman
”Katakanlah kepada kami, kapan itu akan terjadi, dan apakah tandanya, apabila semuanya itu akan sampai kepada kesudahannya.” (Mrk. 13:4). Demikianlah pertanyaan Petrus, Yakobus, Yohanes, dan Andreas kepada Yesus saat mereka berada di Bukit Zaitun berhadapan dengan Bait Allah. Tampaknya, pertanyaan mereka itu mewakili banyak orang pada masa itu, juga di masa kini.
Waktu dan Tanda
Ya, berkait akhir zaman manusia sering terjebak dalam dimensi waktu. Kapan? Manusia sebagai insan waktuwi sering bertanya kapan semuanya itu akan terjadi. Kita juga sering menanyakan apa tandanya.
Untuk menjawab pertanyaan itu, dibuatlah banyak seminar tentang akhir zaman. Para pembicara biasanya mengaitkannya dengan bencana-bencana alam yang ada. Dan seminar kayak begini biasanya laku. Tak sedikit orang yang antusias dibuatnya.
Kebanyakan orang, mungkin juga kita, terpaku pada soal waktu dan tanda. Dan lupa untuk mempertanyakan kembali mengapa kita bertanya soal-soal itu. Mungkin karena kita merasa tak pernah siap untuk menyambut akhir zaman itu. Kalau tahu waktu dan tanda, tentunya kita merasa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik.
Tak beda halnya dengan perkawinan. Jika kita telah menetapkan waktunya, maka kita dapat mengatur kesiapan kita. Sehingga semakin dekat dengan harinya, kita dapat menyiapkan diri kita dengan lebih intensif.
Atau, yang lebih gawat lagi, jika kita punya prinsip melakukan segala sesuatu di menit-menit terakhir. Istilahnya ABG 40 tahun lalu: sistem kebut semalam. Mengapa? Biasanya alasannya adalah kalau mempersiapkan diri terlalu lama sering lupa. Mending, siapkan semalam dengan harapan masih nyantol hingga besok pagi saat ujian.
Alasan praktis mengapa banyak orang berkutet soal waktu dan tanda akhir zaman ialah mereka merasa soal kerohanian itu urusan orang-orang yang telah uzur. ”Mumpung masih muda, senang-senang dululah, bertobatnya nanti saja saat sudah tua.”
Kalau ada di antara kita berpikiran kayak begini, mari kita bertanya dalam diri, ”Emangnya bisa sampai tua?” Jangan-jangan kita tidak pernah merasakan masa tua, saat muda langsung dipanggil Tuhan.
Apa pun alasan di balik pertanyaan itu, akhir zaman memang dianggap sebagai peristiwa menakutkan. Sebab, akhir zaman sering dipahami pula sebagai kiamat, peristiwa di mana dunia seisinya akan binasa dan lenyap. Dan bicara soal kiamat, yang sering digambarkan tak lain tak bukan ialah kehancuran semesta alam.
Penghiburan
Padahal berkenaan akhir zaman—yang penting disimak—Yesus tidak pernah menjawab pertanyaan itu, khususnya dalam hal waktu. Ketika para murid itu bertanya soal waktu dan tanda, Yesus tidak menggubrisnya. Soal tanda memang disebut, tetapi terlalu umum sifatnya dan tidak detail.
Kepada para murid-Nya, Yesus berkata, ”Sebab, bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat, dan akan ada kelaparan. (Mrk. 13:8). Tanda-tanda yang diberikan Yesus di sini sesungguhnya terlalu biasa. Meski demikian, ayat tadi sering dipakai dan dikaitkan dengan bencana-bencana alam.
Tetapi, jangalh pula kita lupa, bahwa tanda-tanda yang diberikan Yesus itu sejatinya memang tidak dimaksudkan untuk mengecilkan hati para pengikut-Nya. Tidak sama sekali. Yesus menegaskan kepada para murid-Nya agar mereka tidak gelisah dan tawar hati atas semuanya itu karena zaman baru telah tiba.
Akhir zaman sejatinya merupakan permulaan zaman baru. Akhir zaman seharusnya disambut dengan penuh sukacita. Sekali lagi, karena semua kehancuran kosmik tadi merupakan permulaan zaman baru. Kitab Suci tidak bertujuan menakut-nakuti, tetapi memberikan penghiburan bagi setiap orang yang mendambakan masa depan yang lebih baik, yang mengharapkan adanya perubahan, serta mengharapkan adanya dunia baru, langit baru dan bumi baru.
Menyambut dengan Sukacita
Sekali lagi, akhir zaman seharusnya kita sambut dengan sukacita asal kita siap menyambut kedatangan Tuhan Yesus. Dan kita tak perlu lagi bertanya tentang waktu dan tanda. Waktu dan tanda tak perlu lagi dipersoalkan.
Kalau mau dipikir dengan lebih saksama dan mendalam, bagi setiap orang sesungguhnya hari ini adalah akhir zaman. Sebab, tidak ada seorang pun di antara kita yang bisa memastikan apakah kita masih bernafas esok hari. Tidak seorang pun di antara kita yang bisa memastikan apakah besok kita masih hidup. Jadi, sejatinya hari ini, selama manusia masih bernafas, merupakan akhir zaman bagi setiap orang.
Dan karena hari ini adalah akhir zaman, pertanyaannya tetap sama Siapkah kita menyambut kedatangan Tuhan Yesus Kristus? Dan janji-Nya tetap, tidak berubah, ”Namun, orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan diselamatkan.” (Mrk. 13:13).
Apakah artinya bertahan sampai pada kesudahannya? Penulis Surat kepada Orang Ibrani menasihati: ”Marilah kita berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam perbuatan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, terlebih lagi sementara kamu melihat hari Tuhan mendekat” (Ibr. 10:23-25).
Yoel M. Indrasmoro
Foto: Istimewa