Ambiguitas

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 4 Desember 2024 | Mrk. 6:26-27)

”Sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang algojo dengan perintah supaya membawa kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.”

Sikap dan tindakan Herodes memperlihatkan ambiguitas. Di satu sisi ia sedih, namun dia juga yang segera menyuruh algojo untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis.

Memang alasan paling kuat adalah ia malu karena sudah telanjut bersumpah. Ia juga gengsi karena para tamunya itu. Bisa jadi para tamunya akan menganggapnya mencla-mencle, esuk dele sore tempe ’pagi kedelai sore sudah menjadi tempe’. Dan gengsinya lebih kuat dari kesedihan hatinya.

Sebenarnya, Herodes bisa tidak mengabulkan permintaan Putri Herodias karena membuat dia melakukan pembunuhan terhadap orang yang terkenal suci dan benar. Memang Yohanes Pembaptis sudah mengkritik dia karena telah mengambil istri saudaranya menjadi permaisuri. Namun, apa yang dikatakan Yohanes Pembaptis benar semata. Lagi pula Yohanes Pembaptis hanya mengerjakan tugasnya selaku nabi. Bahkan, Herodes bisa menghukum Putri Herodias karena meminta raja untuk membunuh orang yang tak bersalah. Bukankah mengajak orang membunuh juga merupakan kejahatan?

Ingkar janji, apalagi sumpah, jelas salah. Namun, melaksanakan sumpah untuk membunuh pribadi nirkesalahan pasti lebih salah, bahkan jahat. Kalau para tamu menganggapnya ingkar janji, Herodes bisa mengabaikannya. Bukankah ia adalah raja diraja? Herodes bisa saja mengatakan bahwa demi tidak membuat kesalahan yang lebih besar, maka ia akan melanggar janjinya.

Sayangnya itu tidak dilakukan Herodes. Rasa malu karena dianggap ingkar janji membuat dia segera menyuruh algojo membunuh Yohanes Pembaptis.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media