Dikuatkan untuk Menguatkan

Published by Admin on

Tidak seperti di desa, hidup di kota ternyata sulit untuk menentukan jenis binatang piaraan. Padahal anak kami sangat menginginkannya. Namun, setelah dipertimbangkan, pilihan jatuh pada kelinci. Kemudian terwujudlah rumah kelinci beserta dua penghuninya berwarna hitam dan putih menghiasi halaman rumah kami. Anak kami senang sekali dengan kehadiran dua kelinci ini.

Kira-kira tiga tahun kemudian kelinci hitam sakit. Setelah dibawa ke dokter hewan dan diobati, tidak lama kelinci hitam mati. Betapa sedih hati anak kami. Selang dua tahun kemudian kelinci putih pun sakit, kali ini kelinci sempat diinfus lalu rutin diberi obat setiap hari. Ternyata kelinci putih juga tidak tertolong. Tangis anak kami pun pecah seketika saat pulang dari sekolah melihat kelinci kesayangannya tertidur untuk selamanya. Duka yang mendalam dirasakan olehnya termasuk semua anggota keluarga. Sekilas memang tampak berlebihan. Seiring dengan berjalannya waktu, anak kami mulai bangkit dari rasa sedihnya. Tentu tak luput dari dukungan keluarga yang menguatkannya.

Suatu pagi sepulang dari gereja, kami bertemu dengan anak kecil dengan mata yang berkaca-kaca, demikian juga dengan ibunya. Ketika ditanya, ternyata mereka menerima kabar bahwa kucing yang sedang dalam perawatan dokter hewan telah tiada.  Ibunya menceritakan riwayat kucing kesayangannya, menceritakan kesedihannya dan diakhiri dengan, ”Mungkin kami lebay, ya.” Namun, kami bisa memahami dan berempati serta menguatkan mereka karena pernah diizinkan mengalami hal yang sama.

Roma 12:15 menyatakan, ”Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” Berbagai peristiwa yang pernah kita alami, sering kali dipakai oleh Tuhan untuk menguatkan sesama, maka bersiap sedialah.

Yudi Hendro Astuti | Sobat Media

Foto: Unsplash/Mario Beqollari