Doa Tuhan Yesus

Published by Yoel M. Indrasmoro on

Banyak hal menarik dari doa Tuhan Yesus bagi para murid-Nya yang direkam dalam Yohanes 17:6-19. Pertama, ayat 6, ”Aku telah menyatakan kepada semua orang yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaku dan mereka telah menuruti firman-Mu.”

Para murid adalah milik Allah. Itu berarti kita juga—orang percaya abad XXI—adalah milik Allah. Pernyataan ini semestinya menjadi sumber kegembiraan kita. Saudara dan saya adalah milik Allah. Kita ada yang punya. Kalau ada kenapa-kenapa ada Pribadi yang terusik, yaitu Allah sendiri. Sebab, kita milik Allah. Apa pun yang terjadi pada diri kita, Allah tahu dan Ia peduli. Sekali lagi, karena kita milik-Nya.

Kadang persoalannya, frasa ”milik Allah” kita artinya bahwa semuanya berada dalam situasi dan kondisi yang serbasenang. Bukan itu. Apa pun situasi dan kondisi kita, kita tetap milik Allah.

Dan sebagai milik Allah, para murid—juga kita orang percaya abad XXI—dipanggil untuk menuruti firman Allah. Milik Allah mesti menuruti firman Allah. Jika tidak menurutinya, malah aneh.

Ini juga yang terlihat dalam peristiwa pemilihan pengganti Yudas (Kis. 1:15-26). Perhatikan kata pembuka Petrus di hadapan sekitar 120 orang: ”Saudara-saudara, haruslah digenap yang tertulis dalam Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus. Dahulu ia termasuk salah seorang dari kami dan menerima bagian di dalam pelayanan ini.” Jadi, penggantian Yudas bukan sekadar pantes-pantes, atau untuk kepentingan organisasi. Namun, semuanya berdasarkan kerinduan untuk menggenapi kehendak Allah.

Kedua, Yesus berdoa untuk kesatuan para murid. Perhatikan ayat 11: ”Ya Bapa yang kudus, jagalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.”

Tuhan Yesus sepertinya meyakini bahwa kesatuan bukanlah hal yang mudah untuk diusahakan. Manusia berdosa cenderung mudah berseteru ketimbang bersekutu. Dan karena itulah, Yesus memohon agar Allah yang menjaga kesatuan itu. Menjaga di sini bisa diartikan juga menyatukan milik-Nya.

Sejatinya, kesatuan menjadi keniscayaan karena kita adalah milik Allah. Perhatikan kata ”Kita” yang dipakai Tuhan Yesus! Ada kesatuan dalam kata ”Kita”. Allah sendiri satu, masak umat milik-Nya tidak bersatu?

Ketiga, ayat 17, ”kuduskanlah mereka dalam kebenaran; Firman-Mu itulah kebenaran.” Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Jadikanlah mereka milik khusus Bapa melalui kebenaran, perkataan Bapa itulah kebenaran.”  

Kadang di sini persoalannya, para murid, juga kita, sering bertumpu pada kebenaran kita masing-masing. Sehingga yang terjadi bukanlah persekutuan, tetapi perseteruan; bukan persatuan, tetapi, saya mengutip Bung Hatta, persatean, terpecah belah dan saling menyalahkan satu sama lain. Dikuduskan dalam kebenaran berarti dikhususkan menjadi milik Allah melalui kebenaran Allah.

Dan itu bukan kemustahilan. Kita punya contoh yang layak diteladani, yaitu 120 orang murid tadi. Baik sebelum pemilihan maupun setelah pemilihan mereka tetap bersatu. Mereka tidak pecah. Mereka tetap bersatu. Yang terpilih tidak menganggap diri bahwa mereka lebih baik sehingga menjadi sombong; dan yang tidak terpilih tidak menganggap diri lebih buruk dan menjadi minder. Para murid itu dipelihara dalam kebenaran Allah.

Mengapa? Kemungkinan disebabkan karena mereka tahu bahwa semuanya itu adalah pilihan Tuhan sendiri. Ini merupakan prerogatif Allah.

Perhatikan doa para murid itu: ”Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini… (Kis. 1:24). Keduanya adalah orang yang terbaik dalam pikiran manusia. Karena sama-sama baik, mereka mengundang Allah untuk terlibat dalam pemilihan itu.  Dan hasilnya adalah tidak ada perpecahan dalam jemaat itu.

Jelas terlihat bahwa Allah sungguh memelihara jemaat-Nya. Ia tidak meninggalkan orang-orang pilihan-Nya. Bahkan untuk persoalan kepemimpinan pun—yang sering kali diperebutkan oleh manusia—terlihat jelas bahwa Allah memelihara umat-Nya dalam kebenaran-Nya.

Kunci dari semuanya itu terletak pada kesatuan mereka dalam doa. Doa berarti persekutuan dengan Allah. Persekutuan itu seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, tidak pernah layu daunnya; apa saja yang dilakukannya berhasil (Mzm. 1:3).

Itulah yang membuat jemaat Kristen masih ada hingga kini. Sebab mereka bersekutu dalam Tuhan sendiri. Sebab bersekutu dengan Sang Hidup berarti hidup dalam kekekalan (1 Yoh. 5:11-12).

Yoel M. Indrasmoro

Foto: Istimewa