Gembalakanlah Kawanan Domba Allah
Sabda-Mu Abadi | 11 Maret 2024 | 1Ptr. 5:1-4
”Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan. Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Apabila Gembala Agung datang, maka kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.”
Dalam suratnya, Petrus mengingatkan para penatua bahwa warga jemaat adalah kawanan domba Allah. Mereka adalah milik Allah, bukan milik penatua, yang bisa diperlakukan sekehendak hati mereka. Para penatua bukanlah pemilik, tetapi orang-orang yang dipercaya menggembalakan umat.
Karena itu, Petrus menasihati ”jangan dengan paksa”, tetapi ”dengan sukarela”; ”jangan mencari keuntungan”, tetapi dengan “pengabdian diri”. Sebuah pemikiran logis. Mereka tak berhak melakukan tindakan-tindakan yang membuat kawanan domba itu menderita. Mereka tak boleh memperlakukan warga jemaat sebagai objek, di mana mereka dapat menggali untung, tetapi sungguh harus dapat melayani umat.
Kepercayaan dari Allah merupakan hal luar biasa. Bukan manusia yang memercayai mereka, tetapi Allah sendiri. Kepercayaan Allah merupakan modal dasar dalam diri setiap pelayan. Namun demikian, tidak hanya berhenti di situ saja. Di samping perlunya kepercayaan dari atas, toh perlu juga adanya kepercayaan dari orang-orang yang mereka layani. Ya, Apa artinya gembala tanpa domba? Tanpa warga jemaat, para penatua hendak memimpin siapa?
Untuk memelihara kepercayaan yang dari Allah—juga menumbuhkan kepercayaan warga jemaat—Petrus mempunyai kiat yang jitu: menjadi ”teladan”. Menjadi teladan berarti sedapat mungkin tidak membuat kesalahan, yang membuat orang menjadi tersandung. Menjadi teladan berarti menjadi pribadi yang dapat dicontoh oleh segenap jemaat. Menjadi teladan berarti apa yang dikatakannya sesuai dengan apa yang dilakukannya. Pudarlah sebuah kepercayaan, tatkala orang-orang yang dipimpin menyadari bahwa para pemimpin mereka telah menjadi pribadi munafik.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Taylor B.