Istri Uria

Sabda-Mu Abadi | 31 Mei 2025 | Mat. 1:6b
”Daud mempunyai anak, Salomo dari istri Uria.”
Sepertinya penulis Injil Matius sengaja menggunakan frasa ”istri Uria” ketimbang nama diri Batsyeba. Agaknya ia hendak menyatakan bahwa Daud, raja agung yang dipuja segenap bangsa Israel, tak lepas dari skandal. Ia telah menjadi batu sandungan dalam kehidupan berbangsa, juga beriman, Israel.
Kisah Daud dan Batsyeba memperlihatkan bahwa satu kesalahan—jika tidak diakui dan bertobat—akan beranak pinak. Mulanya Daud menginginkan istri orang lain. Lalu berzina. Dengan berzina, Daud telah mencuri milik orang lain. Selanjutnya Daud membunuh. Dan terakhir dia melakukan kebohongan publik ketika menjadikan Batsyeba sebagai istrinya. Tindakan Daud mengambil janda Uria sebagai istri bisa dipandang orang sebagai penghormatan terhadap Uria. Dengan demikian Daud berhasil menjaga citranya. Namun demikian, setidaknya Daud telah melanggar hukum 6-10 dari Sepuluh Hukum. Itu berarti 50 persen! Jika dibiarkan, dosa akan terus menyebar bak virus. Beranak pinak.
Daud, tentu saja, bersalah. Namun, Batsyeba tak mungkin lepas tangan. Meski awalnya berada dalam tekanan kuasa sang raja, Batsyeba tak mungkin berdalih. Ia juga turut andil dalam kematian Uria.
Namun demikian, kisah Daud dan Batsyeba memperlihatkan juga bahwa Allah membenci dosa, tetapi mengasihi manusia berdosa. Itulah anugerah. Allah senantiasa ingin manusia bertobat dari dosanya dan berubah. Allah tidak ingin manusia tetap bersikukuh dalam dosanya. Dosa tak perlu disembunyikan, tetapi diakui. Pengakuan dosa berbuah pengampunan. Dan pengampunan membawa manusia pada pembaruan.
Salomo, anak Daud dan Batsyeba, boleh dikatakan tanda dari pembaruan hidup itu.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!