Kabar Buku: “Mengerti tentang Kebenaran (Jujur Melangkah)”

Kita menggali inspirasi dari masa silam, terutama dari Kitab Amsal. Untuk bekal inspirasi kita melangkah. Kita mengulas buku “Jujur Melangkah,” dengan tema “Mengerti tentang Kebenaran,” diambil dari Amsal 2 ayat 9 hingga 10.
Demikian bunyi firman Tuhan: “Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik, karena Hikmat akan masuk ke dalam hatimu, dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu.”
Bagaimana seharusnya kita mencari kebenaran yang sejati?
Iya yang pertama kebenaran itu milik Tuhan. Ini pedoman pertama, Kita dicipta menurut gambar dan rupa Allah, jadi sebetulnya masing-masing orang pasti punya kebenaran yang merupakan anugerah Tuhan. Tetapi jangan pernah mengklaim bahwa kita lebih benar dari yang lain, apalagi lebih benar dari Allah. Jadi mungkin yang perlu kita lakukan pertama adalah memahami bahwa kita hanya mengerti sedikit tentang kebenaran, dan orang lain juga punya kebenaran. Kita harus menghargainya menghargai orangnya, karena kebenarannya kita bisa perdebatkan.
Ada contoh-contoh yang lebih sulit terkait kebenaran komunitas, karena kita harus rendah hati mendiskusikan dengan orang lain, seperti memilih pemimpin bangsa bahkan pemimpin yang paling kecil.
Adakah kunci umum yang bisa kita pegang selain kerendahan hati dalam hal menetapkan pilihan-pilihan terkait individual dan komunitas ini?
(Kuncinya) berdiskusi dan berkomunikasi. Kita mencoba untuk menggali pemikiran orang lain dan akhirnya kita mendapatkan kesepakatan bersama. Pemilu sebetulnya merupakan kesepakatan bersama artinya – tentu ada yang dapat suara 50% ada dapat suara 20% – tetapi itu sebuah kesepakatan bersama dan pemilu adalah semacam diskusi juga hanya memang lebih pribadi. Saya rasa yang pertama adalah hargai orang lain karena dia juga punya pemahaman, dia juga punya kebenaran, sebagi citra dan gambar Allah, sehingga ketika kita berdiskusi dengan pemahaman bahwa orang lain punya pendapat dan boleh berbeda pendapat. Saya rasa itu menolong kita untuk bisa lebih siapa pemimpin yang cocok, misalnya atau siapakah pemimpin yang cocok untuk negeri, bukan saha untuk kelompok tertentu, bukan untuk saya tapi untuk keseluruhan sebagai pemimpin bersama.
Kadang-kadang kita berjumpa dengan orang yang pendapatnya “Pokoknya” yang diberi penjelasan pun susah dan kadang-kadang cenderung menjengkelkan. Adakah solusi kalau kita bertemu dengan orang-orang yang “keras kepala”?
Ya, tidak gampang ya tapi mungkin kita harus pahami bahwa orang itu pasti punya alasan kuat mengapa dia melakukannya. Yang harus kita lakukan adalah jangan berdebat dengan “pokoknya”, kita katakan saja bahwa saya punya pendapat begini. Kita bisa katakan saja mana yang benar menurut kita. Kalau memang ternyata tidak bisa didiskusikan, ya Mari kita sepakat at tidak bersepakat. Ketika kita voting dan kalah, ya enggak apa-apa, ini bukan masalah menang kalah, tetapi yang penting kita sudah menyatakan apa yang kita anggap benar. Sebetulnya tidak menjadi masalah selama semuanya dewasa.
Di gereja mula-mula bahkan dengan undi. Undi itu sebetulnya artinya memberi kesempatan kepada Allah untuk mengambil keputusan. Ini butuh kepercayaan atas setiap cara pengambilan keputusan yang pasti punya kelemahan.
Apa saran pak Yoel kepada sobat media terutama di dalam dunia yang bergerak semakin cepat sedemikian agar orang-orang memilih dan berhikmat dalam menuju ke Jalan kehidupan?
Ini tidak gampang ya, tetapi kita bisa mulai dengan apapun keputusan kita, kita harus selalu bertanya apakah Allah berkenan? Tentu dengan pemahaman kita dan kita perlu bertanya “apakah memang ini kehendak tuhan?” Lalu kita bawakan itu ke dalam doa, doa itu bukan berarti kita menyesuaikan kehendak Allah dengan kita, tidak! Tetapi kita menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah. Ketika dalam doa itu kita semakin damai dalam keputusan itu kita boleh berani bilang itu adalah kehendak Allah. Tetapi ketika kita sudah hampir memutuskan kita bawakan kepada tuhan, tetapi kita merasa tidak damai, kita merasa Tuhan tidak berkenan mungkin saatnya kita harus mengambil keputusan yang berbeda. Dari awal kita perlu melibatkan Tuhan.
Kebenaran dimulai dari bertanya dan meminta petunjuk dari Tuhan, ini menjadi inspirasi kita bersama. Dukung terus pelayanan kami dalam membangun jiwa via media — membangun budaya mencintai buku dan literasi.