Kasih yang Nyata

Published by Admin on

Beberapa hari lalu di sebuah pasar swalayan seorang pramuniaga menyodorkan kepada saya beberapa kotak cantik bernuansa pink. Pramuniaga tersebut menjelaskan bahwa saat itu sedang ada promo produk cokelat. Siapa sih yang tidak menyukai cokelat yang dari hari ke hari harganya meningkat? Itu sebabnya saya terkejut dengan harga cokelat yang turun hingga mencapai setengah harga. Namun, setelah berpikir sejenak, saya menduga harga cokelat turun karena sebentar lagi valentin. Kemudian saya segera membeli beberapa kotak cokelat sebab biasanya di momen valentin ada acara berbagi cokelat.

Valentin adalah hari kasih sayang. Beberapa dekade lalu sepertinya ada rasa tabu ketika mengungkapkan rasa cinta, rasa sayang dan kasih kepada orang tua, demikian juga orang tua kepada anak-anaknya. Sehingga mereka hampir tidak pernah mengungkapkan rasa cinta atau rasa sayang, namun anak-anaknya bisa merasakan kasih sayang orang tua melalui tindakan dan keteladanan mereka.

Berbeda dengan saat ini, sering kita mendengar ungkapan rasa cinta, rasa sayang atau kasih. Namun, apakah semua ungkapan kasih itu benar-benar dapat dirasakan dalam tindakan nyata? Kristus telah memberi teladan, Dia mengasihi umat-Nya hingga mati di kayu salib untuk menebus dosa. Kasih yang totalitas telah ditunjukkan-Nya kepada kita dan kasih Tuhan dapat kita rasakan dalam keseharian.

Seperti Kristus, kita dihadirkan untuk meneladan-Nya. Mengasihi tidak sekadar mengungkapkan kata-kata, namun perlu tindakan nyata dan bisa dirasakan dampaknya. Cokelat barangkali merupakan simbol yang dapat mengubah rasa yang tawar menjadi rasa manis. Dengan kasih, relasi yang semula hambar menjadi sebuah relasi yang mesra dan harmonis.  Selamat mewujudkan kasih yang nyata. Selamat Hari Valentin! 

Yudi Hendro Astuti | Sobat Media

Foto: Unsplash/Scarlett Alt

Categories: Tala