Kebenaran dan Rekonsiliasi

Nelson Mandela. Kita tentu mengenal sosok yang satu ini. Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1993 bersama Willem de Clerk. Sebuah perjalanan panjang sejak tahun 1950-an memperjuangkan kesetaraan antara kulit putih dan kulit hitam di Afrika Selatan.
Pencapaian terbesar seorang Nelson Mandela hingga dia layak mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian adalah gagasannya tentang ”kebenaran dan rekonsiliasi” yang menarik perhatian banyak orang untuk menyelesaikan masalah apartheid (politik diskriminasi ras) di Afrika Selatan. Konsep kebenaran dan rekonsiliasi mensyaratkan pengakuan atau pengungkapan kebenaran dari para pelaku tindakan apartheid untuk kemudian mendapat pengampunan atau amnesti dan atau amnesti secara massal. Perjuangan untuk memperkenalkan konsep ini kepada orang-orang baik di Afrika Selatan maupun warga dunia tidaklah mudah. Perlu waktu kurang lebih dua puluh tahun sehingga akhirnya pada tahun 1995 Nelson Mandela, yang saat itu sudah menjadi Presiden Afrika Selatan, meresmikan terbentuknya Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi di Afrika Selatan dengan ketua Uskup Desmond Tutu.
Banyak orang secara mudah mengatakan konsep ”kebenaran dan rekonsiliasi” itu baik dan setuju untuk dilaksanakan, namun agar konsep itu menjadi sebuah kenyataan tidaklah mudah.
Masih dalam suasana Paskah, marilah kita merenungkan lebih dalam lagi gagasan ”kebenaran dan rekonsiliasi” tersebut. Bukankah konsep kebenaran dan rekonsiliasi adalah konsep yang sangat kristiani. ”Jika kita mengaku dosa kita, Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1Yoh. 1:9). Kita mungkin hafal ayat tersebut karena sering kali disampaikan/dibacakan saat liturgi Berita Anugerah saat kita beribadah di gereja. Namun, bagaimana mengimplementasikannya?
Sejarah sudah membuktikan Nelson Mandela mampu mengimplementasikan firman Tuhan tersebut dalam skala sebuah negara. Bahkan, Nelson Mandela pun mampu mewujudkan titah Sang Guru, ”Kasihilah musuhmu.” Nelson Mandela berhasil menjadikan Willem de Clerk, lawan politiknya, sebagai Wakil Presiden Afrika Selatan dan memimpin bersamanya pada 1994-1999.
Selamat Paskah! Teruslah berjuang untuk menjadi murid Sang Guru, yang mampu mengejawantahkan ajaran-ajaran-Nya.
Sri Yuliana | Tangan Terbuka Media
Foto: Istimewa