Lembah

”Aku adalah anak gembala selalu riang serta gembira, karena aku senang bekerja tak pernah malas atau pun lengah….” Demikian lirik lagu ”Anak Gembala” yang diciptakan oleh A.T. Mahmud yang menggambarkan seorang anak gembala yang membantu orang tua menggembalakan ternaknya. Sebuah petuah agar setiap anak Indonesia senantiasa rajin dan ceria.
Anak gembala merupakan simbol kehidupan anak-anak pedesaan yang menggembalakan kerbau, sapi, atau kambing. Mereka menggiring gembalaannya ke area yang berumput hijau. Di sela-sela menggembalakan ternaknya mereka bermain dan belajar. Saat kemarau tiba, rumput hijau menjadi langka sehingga mereka membawa ternaknya ke Lembah, yaitu lokasi yang lebih rendah di antara perbukitan yang sering kali dialiri oleh sungai. Di sanalah mereka berharap rumput masih dapat tumbuh untuk ternaknya.
Kehidupan orang percaya sering kali digambarkan seperti sebuah perjalanan di padang penggembalaan. Sebagai domba mereka tidak selalu berada di padang yang berumput hijau. Mereka juga diperhadapkan pada padang yang gersang atau lembah yang curam, berbahaya dan penuh dengan bebatuan.
Daud berseru, ”Tuhan adalah gembalaku!” Daud memaknai bahwa di dalam hidup ini yang penting adalah siapa yang memandu perjalanan kehidupan, bukan situasi jalan yang hendak dilewati sehingga dia merasakan ketenangan meskipun harus melewati lembah kekelaman. Bagi dia kesulitan justru digunakan untuk menjadi versi terbaik diri dengan menggali potensi dan mengasahnya sehingga sanggup menghadapi kesulitan itu.
Kristus menyatakan, ”Akulah gembala yang baik.” Ini adalah sebuah jaminan yang membuat kita tenang. Dia adalah pemilik semesta, kuasa-Nya sempurna, Dia menjaga dan memandu kita baik di padang yang berumput hijau atau di lembah yang kelam. Karena itu, pastikan kita berada dekat dengan-Nya.
Yudi Hendro Astuti | Sobat Media
Foto: Unsplash/Hümâ H. Yardım