Masih Ada PR Buat Kita

Published by Admin on

(catatan kecil ‘tuk negeriku di hari ulang tahunnya ke-49)

Inikah kemerdekaan?

Saat mulut tak bisa memilih besok makan apa.

Mata-mata kosong,

nanar, menatap… tak berani berharap.

Mengkhayal?

Terlalu mahal, tak ada rupiah ’tuk membelinya.

Inikah zaman kebebasan?

Ketika belenggu kian terasa menekan,

mencengkram,

maujud dalam topeng tuna-tuna.

Di sana,

Beribu anak sibuk mengais rupiah,

tak punya waktu meneguk indahnya kenangan masa kecil.

Beribu wanita tertegun, sendu,

tak tahu berbuat apa… kalut mengobral dirinya.

Beribu keluarga terusir, kehilangan tempat berpijak,

tiada lagi kampung halaman buat mereka.

Beribu buruh mengerang, cemas dalam ancaman phk.

Entah… tuna-tuna apalagi,

dengan dasar sama,

tuna kasih… tuna pengharapan.

Inikah pembangunan?

Di mana jurang sosial kian menganga,

laksana luka, melebar… makin menjauh.

Inikah pengorbanan?

Atau korban pembangunan?

Indonesia tanah air beta.

Beta…?

Beta siapa?

Ku…?

Golonganku…?

Atau sesama-sesama menurutku?

Indonesia sudah bebas!

Menurut siapa… untuk siapa?

Merdeka?

Siapa?

Lalu… apa?

Merdekamu,

Memang milikmu…

tetapi, bukan hanya untukmu.

Bebasmu,

memang milikmu…

tetapi, bukan untuk diam di kursi bangga.

Tanpa berbuat apa-apa.

Kemerdekaan hanyalah sebuah hak dengan sejuta kewajiban.

Masih ada pr buat kita.

Jangan tutupi luka dengan proyek-proyek mercusuar.

Tak hanya raga yang perlu dibenahi,

teknologi pun bukan jawaban.

Hak merdeka… hak dikasihi… itulah inti masalahnya.

Ini pr buat kita.

Dalam diam,

kutermangu…

kelu.

Nada tanya gemuruh dalam dada,

Inikah anugerah-Mu bagi mereka yang berpunya…

nyaman… mapan?

Atau memang takdir bagi yang kecilpapa… terbuang?

Tidakkah Engkau dengar rintihan mereka?

Telah Kauberi kami sebuah negara,

49 tahun bukan waktu sebentar,

Tetapi… apa?

Ini juga pr buat kita.     

           

Karya bersama Yoel M. Indrasmoro dan Marsaulina S.I.S.

Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Foto: Unsplash/Fahmi Anwar

Categories: Tala