Mata Air Kering

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 9 April 2024 | 2Ptr. 2:17-18

Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan topan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat. Sebab, mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari orang-orang yang hidup dalam kesesatan.”

Petrus agaknya sengaja mengibaratkan guru-guru palsu itu sebagai mata air kering dan kabut yang ditiup topan. Tentu saja, ada banyak harapan orang terhadap sebuah mata air. Di sanalah sumber kehidupan terletak. Mulai dari menghilangkan rasa haus—ini yang paling mendasar—hingga cuci muka atau kaki. Namun, harapan itu lenyap kala mata airnya sendiri kering.

Pertanyaan kecil mungkin menyuar dalam diri: Mengapa kabut itu dihalaukan topan? Sedangkan dengan angin semilir saja, kabut itu akan lenyap. Sepertinya Petrus hendak bicara soal kecepatan lenyapnya kabut itu. Tak lama. Cuma sekejap.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Mereka membuat pernyataan-pernyataan yang muluk-muluk dan kosong; nafsu yang cabul dipakai oleh mereka guna menjerumuskan orang-orang yang baru saja mulai terlepas dari lingkungan orang yang hidup sesat.”

Perkataan muluk-muluk dan kosong itu tampaknya memperlihatkan harapan yang besar bagi orang-orang yang baru saja menjadi percaya. Akan tetapi, sekali lagi, harapan itu kosong semata. Sebab, mata air itu tiada berair dan kabut itu tak tampak lagi.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Patrick H.