Menerima Kebenaran

Published by Admin on

26 September 2022,
(Kis. 6:8-15),

”Tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: ’Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.’ Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama.”’

Itulah tindakan yang dilakukan oleh jemaat Yahudi—yang disebut jemaat orang Libertini—setelah mereka bersoal jawab dengan Stefanus. Mereka menghasut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”menghasut” memiliki arti ”membangkitkan hati orang supaya marah (melawan, memberontak, dan sebagainya)”. Boleh dikatakan langkah yang mereka ambil adalah kotor.

Mungkin pada awalnya mereka mengira Stefanus tidak akan mampu bersoal jawab dengan mereka. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Merekalah yang tidak sanggup melawan hikmat Stefanus dan Roh yang mendorong dia berbicara.

Alih-alih mereka berlapang dada menerima kebenaran yang dinyatakan Roh melalui Stefanus, mereka malah mengeraskan hati dan merencanakan kejahatan. Mereka membuat seolah-olah Stefanus bersalah. Ya, dengan cara menghasut beberapa orang untuk menyebarkan hoaks yang bunyinya: ”Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.”

Alhasil, Stefanus diseret dan dibawa ke hadapan Mahkamah Agama. Bahkan, untuk memperkuat rekayasa mereka, dimajukanlah saksi-saksi palsu. Inilah yang dinamakan ”sekali berbohong akan terus berbohong, untuk menutupi kebohongan yang sebelumnya”.

Padahal, kalau saja jemaat Yahudi—yang disebut jemaat orang Libertini—itu mau menerima kebenaran, maka semua ini tidak akan terjadi. Namun, inilah salib yang harus Stefanus pikul di dalam mengikut Yesus.

Citra Dewi Siahaan
Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

Categories: Membarukan