Mengekang Lidah

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 16 Desember 2023 | Yak. 1:26

”Jikalau seseorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.”

Memang lidah tak bertulang. Kalau bertulang tentulah kita tidak dapat berkata-kata. Dan karena itu, kita wajib mengekangnya.

Mengekang lidah menjadi penting karena perkataan yang telah keluar dari mulut kita mustahil ditarik lagi. Ketika kata-kata itu menyakitkan hati orang lain. Kesakitan itu tetap ada. Meski kita telah meminta maaf, luka itu telanjur tergores. Perlu waktu untuk sembuh.

Sepertinya Yakobus sengaja mengaitkan ibadah dengan pengekangan lidah. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Kalau ada seseorang yang merasa dirinya seorang yang patuh beragama, tetapi ia tidak menjaga lidahnya, maka ia menipu dirinya sendiri; ibadatnya tidak ada gunanya.”

Mengapa menipu diri? Sebab, ia menganggap dirinya beribadah, padahal kata-katanya mungkin telah menyakitkan hati orang lain. Dan ia sungguh menyadari hal itu.

Apakah mengekang lidah hanya berarti kemampuan untuk menahan diri tidak berkata-kata? Tentu tidak. Mengekang lidah berarti mengelola lidah. Arti lainnya adalah mengontrol lidah. Itu berarti sungguh tahu kapan bicara dan kapan diam. Ketika harus bicara, ya jangan diam. Dan saat harus diam, ya jangan bicara. Standarnya adalah Allah sendiri—Sang Pencipta lidah.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

https://open.spotify.com/episode/3ufD5G4e5R0M8fQWEUKew2?si=fL9-G-QjTE2oMle5UNyjcQ

Foto: Unsplash/Kelly S.