Nama TUHAN

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 8 Juli 2024 | Kel. 20:7

”Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, untuk disalahgunakan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyalahgunakan nama-Nya.”

Nama adalah identitas. Nama bukan sekadar penanda, yang membedakan seseorang dari yang lain. Dan nama sering merupakan doa, harapan, dan kerinduan dari si pemberi nama, yang akhirnya diamini si penyandang nama itu.

Perhatikanlah saat kita mendengar seseorang memperkenalkan dirinya dalam sebuah pertemuan. Tak jarang kita dengar nada bangga dalam suaranya. Bisa jadi dia telah menghayati dan menghidupi namanya.

Biasanya pula sang penyandang nama akan mengoreksi jika ada orang salah eja dalam melafalkan namanya. Sebab, ia merasa itu bukan namanya. Sehingga, penyalahgunaan nama, apalagi dengan maksud merendahkan, tentulah akan menyakiti orang tersebut.

Berkait nama, menarik diperhatikan bagaimana Allah pun menganggap nama merupakan sesuatu yang penting. Penulis Keluaran mencatat: ”Lalu Musa menjawab kepada Allah, ’Namun, apabila aku mendatangi orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu dan mereka bertanya kepadaku: Siapa nama-Nya? Apakah yang harus kujawab kepada mereka?’ Firman Allah kepada Musa, ’AKU ADALAH AKU.’ Lagi firman-Nya: ’Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu, AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu’” (Kel. 3:13-14).

Nama Allah sendiri memperlihatkan bahwa Ia berdaulat. Nama ”AKU ADALAH AKU”— yang kemudian karena kesamaan bunyi dikenal dengan tetragram YHWH—dan dalam Alkitab diterjemahkan menjadi TUHAN (kapital semua), memperlihatkan bahwa Allah itu Allah.

Nama ”AKU ADALAH AKU” bisa diterjemahkan dengan ”Aku akan ada yang Aku akan ada”, yang artinya: ”Kamu akan mengenal Aku dalam tindakan-tindakan yang akan Kuambil demi kamu”. Dengan demikian Allah mempertahankan rahasia-Nya dan sekaligus menyatakan keterlibatan-Nya dalam sejarah bangsa Israel. Allah dikenal dari tindakan-Nya. Allah yang bertindak. Allah yang Ada. Allah yang hadir!

Uniknya, Allah rela memberitahukan nama-Nya, yang memang mengandung misteri di dalamnya. Dan kesediaan memberitahukan nama mengandung risiko bahwa orang lain akan bisa menyindir, menghina, dan memberlakukan nama itu dengan sembarangan.

Berkait nama TUHAN, firman ketiga menyatakan bahwa di dalam hubungan dengan TUHAN, Israel berada dalam posisi menyembah TUHAN, Allahnya, dan itu berarti harus bersikap hormat dan memuliakan Dia. Allah menuntut umat-Nya menyebut nama-Nya dalam suasana hati yang menyembah. Orang percaya abad ke21 juga dituntut untuk menyebut nama Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus di dalam suasana sembah.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Jacob B.