Panggilan Kristen

Published by Yoel M. Indrasmoro on

”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah” (Mrk. 12:34). Demikianlah tanggapan Yesus atas jawaban ahli Taurat itu. Apa artinya frasa ini? Dalam BIMK tertera: ”Engkau sudah hampir menjadi anggota umat Allah.”

Ada pujian di sana. Namun demikian, hampir menjadi anggota umat Allah belumlah menjadi umat Allah.

Memang Beda

Ahli Taurat yang satu ini memang beda. Para ahli Taurat, sebagaimana dicatat para penulis Injil, sering bentrok dengan Yesus. Mereka sering kali menempatkan diri sebagai oposan. Apa yang dilakukan Yesus selalu dicari kesalahannya. Mereka juga berusaha menjatuhkan Guru dari Nazaret itu dengan berbagai pertanyaan jebakan.

Akan tetapi, ahli Taurat yang dicatat dalam Markus 12:28-34 sungguh beda. Penulis tidak memberitahukan namanya. Ketiadaan nama mungkin disengaja mengingat hubungan yang kurang baik tadi. Yang penting memang bukanpenyanyinya, tetapi apa yang dinyanyikannya!

Berbeda dari kalangannya, ahli Taurat itu mengakui Yesus sebagai narasumber. Pengakuan itu sungguh signifikan—penting dan bermakna. Tanpa pengakuan, pertanyaan yang diajukan akan terkesan tidak tulus atau sekadar mengukur kepandaian orang.

Kelihatannya, ia sedang bergumul dengan begitu banyaknya perintah Taurat yang harus ditaati—ada 613 aturan. Pertanyaannya: mana yang paling utama?

Ahli Taurat itu, meski bergelar ”ahli” ternyata masih mau bertanya. Kenyataan ini patut diteladani. Banyak orang malu bertanya karena takut dianggap bodoh; dan akhirnya malah bodoh beneran.

Ya, ia tak malu bertanya. Pertanyaannya memang tidak mengada-ada. Ia, sekali lagi, tidak sedang menguji kepandaian Yesus. Dia memang tidak tahu. Yesus menjawab dengan mengutip Ulangan 6:4-5.

Dengan cepat orang tersebut merespons: ”Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu…. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua kurban bakaran dan kurban sembelihan.” (Mrk. 12:32-33).

Kemungkinan, ahli Taurat itu sudah menduga jawaban Yesus. Namun, ia sendiri merasa tidak punya wewenang untuk mengatakannya sebagai hukum yang paling utama. Ia mengakui Yesus mempunyai wewenang yang lebih tinggi. Karena itulah, dia kemudian menyapa Yesus sebagai ”guru”.

Berbanding Lurus

Yesus memperkenalkan Allah sebagai Pribadi yang mengasihi. Karena itu, manusia pun dipanggil untuk mengasihi Allah. Dan mengasihi Allah berbanding lurus dengan mengasihi manusia. Artinya, semakin orang mengasihi Allah, dia akan semakin mengasihi manusia. Mungkinkah mengasihi Allah yang tidak kelihatan, tetapi tidak mengasihi manusia lain yang kelihatan?

Kasih kepada Allah berbanding lurus dengan kasih kepada manusia. Semakin mengasihi Allah, ia akan semakin mengasihi manusia. Ya, mesti seimbang sebagaimana salib Gereja Ortodoks Timur.

Salib Gereja Barat, gereja-gereja di Indonesia termasuk dalam tradisi ini, palang vertikalnya lebih panjang ketimbang palang horizontalnya. Akan tetapi, salib di Gereja Ortodoks Timur, palang vertikal dan horizontalnya sama panjangnya. Artinya, kasih kepada Allah seimbang dengan kasih kepada manusia. Inilah kasih yang seimbang.

Kasih yang seimbang itu pulalah yang diakui oleh ahli Taurat itu. Namun, menarik untuk disimak bahwa tanggapan Yesus adalah ”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah” atau ”Engkau hampir menjadi anggota umat Allah”. Itu berarti sebaik-baiknya komentar ahli Taurat itu, kita harus berani mengatakan bahwa ahli Taurat itu pun belum menjadi anggota umat Allah.

Lebih dari Sejuta Kata

Mengapa? Karena kuncinya bukanlah pada teori, melainkan praktik. Menjadi anggota Kerajaan Allah bukanlah ”omdo” (omong doang), tetapi sungguh melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Tindakan lebih dari sejuta kata. Menjadi anggota Kerajaan Allah bukanlah status, tetapi hidup sebagai anggota Kerajaan Allah itu.

Apa artinya? Ingatlah bahwa Allahlah yang meraja dalam Kerajaan itu! Kalau kita sudah merasa diri sebagai raja, bahkan lebih hebat ketimbang Allah sendiri, pada saat itu pula kita tidak lagi menjadi anggota kerajaan Allah itu. Itu berarti: menjadi panggilan setiap orang untuk mengakui Allah sebagai raja dalam hidupnya.

Pertanyaannya: apakah kita sudah menjadikan Allah raja dalam hidup kita? Itulah panggilan setiap Kristen.

Yoel M. Indrasmoro

Foto: Istimewa