Pelangi

Published by Admin on

Selain tampak di langit, pelangi dapat kita saksikan antara lain di dekat air mancur, di sekitar air terjun, atau di dinding balon dari busa sabun. Pada prinsipnya pelangi terbentuk karena pembiasan dan pemantulan cahaya matahari oleh tetesan air di udara. Pelangi yang sederhana dapat kita buat dengan cara menyemburkan air di tempat terbuka pada siang hari hingga terbentuk butiran-butiran seperti kabut. Di sana akan terbentuk warna-warni pelangi yang indah.

Ada sebuah kalimat yang menarik, ”Jika kita menginginkan pelangi maka kita harus siap dengan hujan”. ”Pelangi” memiliki makna sukacita dan ”hujan” menggambarkan penderitaan atau pergumulan. Berbagai pergumulan sedang kita hadapi di negeri ini. Mulai dari masalah penegakan hukum, pertumbuhan ekonomi yang melambat, termasuk angka pengangguran dan kemiskinan yang tinggi, isu sosial-budaya seperti intoleransi dan krisis moralitas, perubahan iklim, kerusakan ekologi, dan masih banyak lagi.

Aneka persoalan ini muncul tidak terlepas dari akar permasalahan, yaitu kepemimpinan. Seorang pebisnis dan konsultan kepemimpinan Amerika, Robert K. Greenleaf, menuliskan bahwa ”Kepemimpinan adalah tentang melayani, bukan dilayani”. Greenleaf menjelaskan bahwa pemimpin bukan sekadar figur yang memberi perintah, tetapi teladan yang memberi inspirasi. Seorang pemimpin yang melayani tidak menempatkan diri sebagai pusat perhatian, melainkan menjadi fasilitator yang memastikan kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya terpenuhi agar mereka bisa tumbuh, berkembang, dan berdaya.

Setiap kita adalah pemimpin, setidaknya pemimpin bagi diri sendiri. Sudahkah kita meneladan Kristus yang datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani? Mari membawa pergumulan negeri ini kepada Tuhan. Dia yang menolong kita di masa lalu, Dia juga yang menolong kita saat ini sehingga negeri ini dipulihkan kembali. Hujan redalah, pelangi tampaklah.

Yudi Hendro Astuti | Sobat Media

Foto: Unsplash/Taeshin T.

Categories: Tala