Penguasa yang Kurang Percaya Diri
Sabda-Mu Abadi | 25 Mei 2024 | Kel. 1:1-14
Kitab Keluaran dimulai dengan kenyataan pahit. Penulis menyatakan dengan jelas munculnya penguasa baru yang tidak mengenal Yusuf. Sebenarnya ia dapat mengetahui kisah tentang Yusuf dari perpustakaan Kerajaan Mesir. Namun, apa mau dikata, ia agaknya sosok yang enggan belajar. Ia tidak mau belajar sejarah. Atau, ia memang sengaja melupakan sejarah.
Mungkin saja penguasa baru itu memang tidak suka membaca. Namun, kemungkinan lain adalah penguasa baru itu tidak mau menerima kenyataan sejarah: ada seorang Ibrani yang menyelamatkan Kerajaan Mesir dari bencana kelaparan. Pada titik ini gengsi nasionalismenya mencuat. Ia enggak menerima kenyataan. Dan akhirnya, Ia memaklumkan kerja rodi bagi Israel.
Menarik disimak, bagaimana keputusan rodi itu diambil. ”Raja itu berkata kepada rakyatnya, ’Bangsa Israel itu lebih banyak dan lebih kuat daripada kita. Marilah kita bertindak cerdik terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi, dan apabila terjadi peperangan, jangan-jangan mereka bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini” (Kel. 1:9-10).
Sejatinya, tindakan yang dianggap cerdik itu didasari oleh ketakutan yang berawal dari ketidakpercayaan diri. Ketidakpercayaan dirilah yang akhirnya memaksa sang raja mengambil kesimpulan bahwa orang Israel akan melakukan sesuatu yang buruk kepada Mesir.
Masalah sang penguasa Mesir tampaknya memang di sini. Ia tidak lagi percaya diri. Ia takut bersaing dengan orang Israel. Ia takut, seandainya orang Israel bertambah banyak, mereka akan melakukan pemberontakan. Padahal, jika menggunakan nalar sehat, hanya orang yang ditindaslah yang akan memberontak, bukan?
Semua penjelasan di atas bermuara pada satu kesimpulan saja: musim berganti. Keadaan yang semula baik menjadi tidak baik. Pertanyaannya: bagaimana respons kita jika musim berubah? Apa yang akan kita lakukan jika keadaan berubah 180 derajat?
Marilah kita simak kisah Israel. Kenyataan pertama, musim memang berganti. Hidup semakin sulit. Dari tamu resmi menjadi budak resmi negara. Namun demikian, dan ini kenyataan kedua, kasih Allah tetap.
Penulis Kitab Keluaran mencatat: ”Tetapi, semakin ditindas, mereka semakin bertambah banyak dan berkembang pesat, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu” (Kel. 1:12). Rencana tinggal rencana. Allah membuat orang Israel itu semakin bertambah banyak. Allah menggagalkan rencana sang raja itu untuk memusnahkan orang Israel.
Tindakan yang dianggap cerdik itu ternyata berbuahkan ketakutan. Bak rumput, semakin dibabat semakin merambat. Ketika Israel semakin berkembang, mereka malah semakin takut. Awalnya, mungkin mereka merasa perlu membuat shock therapy ’terapi kejut’; hasilnya: malah mereka yang terkejut. Akhirnya, mereka menganggap bangsa Israel itu sebagai musuh, yang harus sungguh-sungguh dibinasakan.
Dan semuanya bermula dari sang penguasa yang kurang percaya diri.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi audio: