Pertanggungjawaban

14 September 2022,
(Kis. 4:1-12)
Bermain air basah, bermain api hangus. Dalam pandangan saya, peribahasa itu cukup mewakili peristiwa ”Pertanggungjawaban Petrus dan Yohanes di hadapan Mahkamah Agama”. Setiap tindakan mengandung risiko. Tak ada tindakan, bagaimanapun baiknya, bebas dari risiko. Karena itu, pentinglah bagi kita untuk selalu berpikir dahulu sebelum berbuat karena sesal kemudian tak berguna.
Setelah melakukan sesuatu perbuatan, sekali lagi bagaimanapun baiknya, janganlah kita lempar batu sembunyi tangan. Dan memang tak perlu berbuat seperti peribahasa ini. Dengan kata lain, kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan.
Melemparkan tanggung jawab kepada orang lain berkaitan dengan ulah kita sendiri bukanlah tindakan manusiawi. Kita bahkan dapat mengatakannya sebagai tanda dari keberdosaan manusia. Jadi, orang yang lempar batu sembunyi tangan itu tak beda dengan Adam, yang menyalahkan Hawa; dan Hawa pun pada akhirnya menyalahkan ular.
Baik Petrus maupun Yohanes tidak hanya memberikan pertolongan kepada si lumpuh. Tetapi, mereka juga merasa perlu memberikan pertanggungan jawab kepada orang-orang yang heran menyaksikan mukjizat tersebut.
Keheranan orang banyak itu menjadi kesempatan untuk memberitakan soal kebangkitan Kristus. Di mata Petrus dan Yohanes, keheranan itu merupakan pijakan untuk menceritakan tentang Yesus yang bangkit, yang mereka percaya juga telah membangkitkan orang lumpuh tersebut.
Tak hanya itu, mereka juga tidak merasa takut untuk memberitakan kebangkitan Kristus di hadapan Mahkamah Agama. Meski sebelumnya mereka di penjara, mereka tetap menyatakan kebangkitan Kristus itu tanpa rasa takut. Agak aneh sesungguhnya, beberapa waktu lalu Petrus menyangkal Yesus di halaman rumah imam besar. Dan sekarang, di hadapan imam besar dan tokoh-tokoh Mahkamah Agama, mereka berani menyatakan bahwa Yesus, yang mereka salibkan, yang telah membangkitkan si lumpuh.
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.