Ciuman Yudas
Ciuman Yudas menjadi tanda penangkapan, serentak dengan itu, ciuman Yudas telah menjadi tanda pengkhianatan.
Ciuman Yudas menjadi tanda penangkapan, serentak dengan itu, ciuman Yudas telah menjadi tanda pengkhianatan.
Ungkapan ”cukuplah” membuat Sang Guru tidak melarikan diri dari penderitaan, tetapi menghadapi itu sebagai panggilan yang harus dituntaskan.
Teguran itu memang disiapkan Yesus untuk mempersiapkan diri Petrus. Ya, roh memang berniat baik, tetapi tabiat manusia lemah.
“Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah.”
Pusat kekuatan persekutuan Kristen terletak pada diri Yesus sendiri. Persoalan para murid hanyalah mengandalkan diri sendiri.
Yesus menyamakan tubuh-Nya dengan roti dan darah-Nya dengan anggur. Ia ingin menyatukan diri-Nya dengan para murid-Nya.
Semuanya itu dilakukan Yesus agar Dia dapat mempunyai waktu terakhir bersama para murid-Nya untuk makan Perjamuan Paskah.
Kita tidak pernah persis tahu apa motivasi Yudas ketika menemui para imam kepala itu. Namun, kita boleh menduga, uanglah yang menjadi alasan terbesarnya.
Perempuan itu ingin mempersembahkannya kepada Sang Guru. Ia tidak mau mempersembahkan sisa-sisa. Ia ingin memberikan yang terbaik.