Teladan Maria

Published by Admin on

Menyambut Natal dapat dilakukan dengan banyak cara. Di luar negeri, melalui media sosial, kita dapat menyaksikan aneka hiasan Natal yang indah menghiasi setiap lorong, jalan besar, pertokoan dan tempat-tempat berkumpul lainnya. Lagu-lagu Natal terdengar syahdu dan megah. Mungkin juga ada acara-acara yang meriah dengan kostum dan aneka hidangan yang mewah. Di sini berbeda, suasana Natal tidak begitu kentara karena memang hanya dirayakan oleh sebagian orang saja, namun setidaknya mereka berkumpul dengan keluarga untuk merayakan Natal bersama.

Natal adalah sukacita. Umat percaya diberikan kesempatan untuk mengenang kembali anugerah Tuhan. Hadiah paling mahal yang diterima umat manusia, yaitu lahirnya Sang Juru Selamat dunia. Jangan biarkan Natal terasa hambar atau berlalu begitu saja. Itu sebabnya setiap umat perlu mengambil makna. Salah satu caranya adalah mengamati setiap karakter dalam kisah Natal.

Misalnya, Maria. Siapa sih yang tidak bingung? Maria belum bersuami, tetapi mengandung! Dia sesungguhnya berada dalam situasi yang sulit dan serbatidak mungkin. Namun, Maria memilih untuk percaya dan mengorbankan kebahagiaan yang sudah dirancangnya untuk menikah dengan keturunan Daud. Maria mengorbankan semuanya. Dia tidak mencoba menggunakan nalar, analisa, pemikirannya atau pertimbangannya. Tetapi, Maria membawa dirinya pada apa yang dikatakan oleh malaikat. Sebab bagi Allah tiada yang mustahil. Ia tidak memandang hidupnya dari keterbatasan, namun ia memandang kehidupannya dari apa yang bisa Allah lakukan.

Maria dipanggil Tuhan untuk tugas mulia dan dia bersedia. Selama berabad-abad manusia—kelompok demi kelompok bahkan pribadi—telah dipanggil untuk menceritakan kemuliaan dan kebesaran Tuhan. Maria memberi teladan bagi kita. Bagaimana dengan kita? Selamat merayakan Natal. Tuhan memberkati.    

Yudi Hendro Astuti | Sobat Media

Foto: Unsplash/Igor Sporynin

Categories: Tala