Tulah Kesepuluh

Sabda-Mu Abadi | 20 Juni 2024 | Kel. 12:29-30
Tulah kesepuluh ini sungguh mengerikan. Tak ada anak sulung di Tanah Mesir yang bebas dari kematian. Penulis Kitab Keluaran mencatat: ”dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang tahanan, dan juga setiap anak sulung hewan.”
Cara penulis Kitab Keluaran menceritakannya menarik disimak. Jelaslah: dari orang yang paling berkuasa hingga orang yang telah hilang kebebasannya sama sekali. Bayangkan bagaimana perasaan orang yang berada dalam penjara ketika mendengar kabar bahwa anak sulungnya mati. Penderitaannya kemungkinan jadi berkali lipat. Tentu saja, tak semua orang Mesir sejahat Firaun. Namun, apa mau dikata, tulah telah dijatuhkan dan tak mungkin ditarik. Menariknya lagi, hewan pun tak lolos dari tulah ini.
Pertanyaan yang layak diajukan adalah apakah Allah memang sekejam itu? Jika tidak, bagaimana kita memahami kematian anak sulung ini, juga menjelaskannya kepada anak-anak kita?
Kita agaknya perlu meninjau tindakan Allah ini dari dua sisi. Pertama, kemahamurahan-Nya. Jelaslah kesembilan tulah sebelumnya menyiratkan bahwa Allah sejatinya Pribadi yang sabar. Ia sungguh sabar terhadap Firaun. Tulah kesepuluh tidak muncul tiba-tiba. Ada prosesnya. Dan itu terjadi karena Firaun mengeraskan hatinya.
Kedua, kemahakuasaan Allah. Kemahakuasaan Allah tidak menoleransi kejahatan. Kemahakuasaan Allah memanggil dirinya untuk bertindak terhadap orang-orang yang tidak menaati-Nya. Pada titik ini sebenarnya Firaun telah mempermainkan Allah. Dan Allah tak mau dipermainkan. Hukuman-Nya memang mengerikan.
Kengerian itu digambarkan penulis Kitab Keluaran sebagai berikut: ”Lalu bangunlah Firaun pada malam itu, bersama semua pegawainya dan semua orang Mesir. Terdengarlah teriakan keras di Mesir, sebab tidak ada rumah yang tanpa orang mati.” Ya, di setiap rumah terdengar ratapan.
Karena itu, selaku orang tua kita dipanggil untuk menolong dan mengingatkan anak-anak kita untuk tidak mempermainkan Allah.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi audio: