Yang Suci Hatinya

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 9 Juli 2025 | Mat. 5:8

”Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”

Dalam aforisme ini, Yesus Orang Nazaret mengaitkan antara ”orang yang suci hatinya” dan ”melihat Allah”. Allah itu suci. Karena itu, kesucian umat menjadi hal logis. Yang suci tak mungkin bersatu dengan yang cemar. Sama halnya minyak dan air tak mungkin bersatu. Dalam persekutuan antara Allah dan umat-Nya, kesucian menjadi keniscayaan.

Sebenarnya ini persoalan logika biasa. Segala yang tidak suci pasti tidak akan tahan di hadapan Allah Yang Suci. Seperti gelap tidak akan tahan menghadapi terang. Gelap sirna dengan sendirinya.

Kesucian bukanlah apa yang tampak; kesucian terletak dalam diri. Yang mengetahuinya hanya dua pribadi: Allah dan kita. Sang Guru sungguh beralasan saat bicara soal kesucian hati. Dan hanya orang yang suci hatinya yang mungkin melihat Allah.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Berbahagialah orang yang murni hatinya; mereka akan mengenal Allah.” Suci juga dapat diartikan sebagai murni. Artinya tidak dicemari oleh apa pun. Itu berarti perlu usaha dari manusia untuk menjaga kemurnian itu. Dalam Kitab Suci tertulis: ”Begja wong sing resik atiné; awit bakal wanuh marang Gusti Allah.” Resik atiné berarti bersih hatinya. Jelaslah umat Allah perlu membersihkan hati.

Kepada Jemaat di Efesus. Paulus menulis: ”Sebab, di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” (Ef. 1:4). Paulus menegaskan, bukan tanpa alasan Allah memilih kita. Ia memilih kita supaya kita hidup kudus, berbeda dari dunia, dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Ya, Allah ingin kita, umat-Nya, hidup suci. Sekali lagi agar dapat bersekutu dengan-Nya.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda

Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:

Foto: gbipengayoman

n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media Anda!