Bejana Pembasuhan
Sabda-Mu Abadi | 6 September 2024 | Kel. 30:17-21
”Engkau harus membuat bejana tembaga dengan alas tembaga untuk pembasuhan. Engkau harus menempatkannya di antara Kemah Pertemuan dan mezbah kurban, lalu mengisinya dengan air. Harun dan anak-anaknya harus membasuh tangan dan kaki mereka dengan air dari bejana itu. Apabila mereka memasuki Kemah Pertemuan, mereka harus membasuh diri dengan air itu, supaya mereka jangan mati. Demikianlah juga apabila mereka datang ke mezbah itu untuk memimpin ibadah dan membakar kurban dengan api bagi TUHAN. Mereka harus membasuh tangan dan kaki mereka, supaya mereka jangan mati. Itulah ketetapan bagi mereka untuk selama-lamanya, bagi Harun dan keturunannya turun-temurun.”
Demikianlah perintah Allah kepada Musa. Bejana pembasuhan menjadi signifikan di mata Allah. Catatan penulis Kitab Keluaran ini mungkin membuat kita heran: Tanpa pembasuhan, mati hukumannya.
Agaknya, kita perlu sungguh bertanya: Pembasuhan fisik itukah sungguh-sungguh yang dikehendaki Allah? Ataukah ada maksud lain. Lalu, apa maknanya bagi kita—orang percaya yang hidup pada abad ke-21 ini?
Pembasuhan fisik jelas penting di sini. Itu pun sungguh berguna untuk menyiapkan hati para imam. Dengan pembasuhan fisik itu, mereka terus disadarkan bahwa mereka harus bersih sacara fisik. Sebab mereka sedang menjalankan pelayanan yang adalah kudus sifatnya. Aneh rasanya jika mereka sendiri tidak merasa perlu untuk bersih secara fisik.
Sejatinya, sembari membersihkan tangan dan kaki mereka juga mereka juga disadarkan apakah hati mereka juga sebersih tangan dan kaki mereka. Jika tidak, mereka bisa langsung membersihkan hati mereka di hadapan Allah. Sehingga, hati mereka menjadi sebersih tangan mereka. Itu jugalah yang perlu dikembangkan setiap pelayan Tuhan dari masa ke massa.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar: