Berhentinya Manna

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 7 Oktober 2023 | Yos. 5:10-12

”Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho. Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga. Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.”

Pemeliharaan Allah terhadap bangsa Israel melalui manna berhenti. Bukan tiba-tiba. Namun, ketika orang Israel panen dari hasil bumi Kanaan.

Mengapa Allah tak lagi menyediakan manna? Kemungkinan besar karena Allah tak ingin umat-Nya menjadi pemalas. Bumi telah menyediakan hasilnya. Dan karena itu, mukjizat manna berhenti. Tentu saja tanah bumi perlu diolah, benih harus ditanam, dan manusia perlu merawat tunas yang tumbuh. Berkait hasil bumi, manusia tak boleh berpangku tangan, namun harus turun tangan—berjerih lelah dengan tangannya.

Apakah itu berarti mukjizat berhenti? Mukjizat berkait manna, makanan yang turun dari surga, memang berhenti. Akan tetapi, kita bisa melihat daya tumbuh dari sebutir benih sejatinya juga mukjizat Allah. Bahkan, kesehatan manusia, dengan akal budinya, sehingga mampu mengelola bumi juga bisa dipahami sebagai mukjizat. Ya, nafas hidup pun juga mukjizat Allah.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

https://spotify.link/cM71sPWaGDb

Foto: Unsplash/Franzi Meyer