Berpuasa

Sabda-Mu Abadi | 4 September 2025 | Mat. 9:14-17
”Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata, ’Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?’ Jawab Yesus kepada mereka, ’Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Namun, akan datang harinya mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak dituang ke dalam kantong kulit yang lama, karena jika demikian, kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Namun, anggur yang baru dituang ke dalam kantong yang baru, maka terpeliharalah kedua-duanya.’”
Para murid Yohanes heran menyaksikan para murid Yesus tidak berpuasa sebagaimana mereka, juga orang-orang Farisi. Pada titik ini puasa telah menjadi tanda yang membedakan. Karena itulah, mereka bertanya kepada Sang Guru untuk menjernihkan persoalan.
Yesus menjawab dengan pertanyaan retorik. Bagi Yesus puasa adalah tanda dukacita. Itulah yang sering menjadi dasar orang berpuasa. Misalnya, ketika menyesal dan memohon pengampunan Allah, saat prihatin atas situasi tertentu dan memohon pertolongan Allah, atau sewaktu bergumul dan memohon jawaban Allah.
Para murid Yesus tidak perlu berpuasa karena mereka sedang bersama dengan Yesus. Kalau ada persoalan dan butuh pertolongan, ya tinggal ngobrol. Sejatinya, inilah era baru itu. Allah bukanlah Pribadi yang jauh di surga sana, tetapi Pribadi yang dekat di bumi ini. Dan pada abad ke-21 ini, Allah hadir kini dan di sini melalui Roh-Nya.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!