Bukan Hikmat dari Atas

Sabda-Mu Abadi | 3 Januari 2024 | Yak. 3:14-16
”Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Hikmat seperti itu tidak datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan. Sebab, di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”
Janganlah bangga atas rasa iri dan pementingan diri sendiri! Tegas Yakobus. Itu hanya akan membuat kita memutarbalikkan kebenaran Allah. Menarik diperhatikan penggunaan kata ”menaruh” di sini. Rasa iri dan pementingan diri sendiri pastilah tak pernah direncanakan orang. Perasaan-perasaan itu spontan muncul dalam hati seseorang. Kala muncul, kita dipanggil untuk mengusirnya, tak perlu memberi ruang di dalam hati kita.
Alasannya sederhana, itu bukanlah hikmat dari atas. Kedua perasaan itu hanya akan menimbulkan kekacauan dan beragam perbuatan jahat. Iri hati dan pementingan diri sendiri merusak karena merupakan ingkaran dari konsep persekutuan.
Sekadar penjelasan, persekutuan meniscayakan keragaman, talenta yang berbeda-beda. Sedangkan iri hati bertumpu pada pemahaman bahwa kita mempunyai kekuatan di semua bidang. Itu sungguh absurd. Persekutuan meniscayakan keinginan mengutamakan orang lain, sedangkan pementingan diri sendiri lebih mengutamakan diri sendiri. Sehingga, kekacauan, bahkan kehancuran, sebuah persekutuan menjadi kemestian.
Dan karena itu, Yakobus mewanti-wanti pembaca suratnya untuk tidak memelihara kedua rasa tadi.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unplash/E. Mason