Di Kengkrea dan Efesus

Published by Admin on

26 November 2022,
(Kis. 18:18-21),

”Paulus tinggal beberapa hari lagi di Korintus. Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara seiman di situ, dan berlayar ke Siria, sesudah ia mencukur rambutnya di Kengkrea, karena ia telah bernazar. Priskila dan Akwila menyertai dia. Lalu sampailah mereka di Efesus. Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila di situ. Ia sendiri masuk ke rumah ibadat dan berbicara dengan orang-orang Yahudi. Mereka minta kepadanya untuk tinggal lebih lama di situ, tetapi ia tidak mengabulkannya. Ia minta diri dan berkata, ’Aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya.’ Lalu bertolaklah ia dari Efesus.”

Dari catatan Lukas ini, setidaknya ada tiga hal yang menarik disimak. Pertama, Paulus mencukur rambutnya di Kengkrea karena ia telah bernazar. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Di Kengkrea, Paulus mencukur rambutnya yang sudah dibiarkannya menjadi panjang karena kaulnya kepada Tuhan.”

Menurut kebiasaan Yahudi, mencukur rambut adalah tanda bahwa suatu kaul sudah dilaksanakan. Kaul ini kemungkinan besar adalah kaul nazir yang dilakukan bagi Allah sebagai ungkapan syukur atas berkat-berkat yang diterima. Kelihatannya Paulus menyadari bahwa hanya anugerah Allah sematalah yang membuatnya masih hidup. Hampir di setiap kota yang disinggahinya Paulus merasakan tekanan dan aniaya dari orang-orang Yahudi.

Kedua, mulai dari bagian ini Lukas sengaja menulis Priskila dahulu baru Akwila. Kelihatannya Lukas hendak memperlihatkan bahwa Priskila telah menjadi pemimpin; bahkan nantinya menjadi pemimpin jemaat di Efesus. Menarik pula disimak bahwa jemaat-jemaat perdana tidak tabu dengan kepemimpinan perempuan.

Ketiga, Paulus tampaknya telah berketetapan hati untuk tidak tinggal lebih lama di Efesus. Entah apa sebabnya. Mungkin saja Paulus sengaja melakukannya agar Priskila dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Jika dia tetap di Efesus, kemungkinan warga jemaat lebih percaya pada kepemimpinannya ketimbang Priskila.

Namun, Paulus masih menyisakan ruang bagi kehendak Allah. Meski tidak mau tinggal lebih lama di Efesus, jika Allah menghendaki, Paulus akan menaatinya. Manusia boleh merencanakan, juga boleh memutuskan, namun kehendak Allah adalah prioritas.

Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

Sumber Foto: Unsplash/279Photo