Doa Pengharapan Mohon Solidaritas

Published by Yoel M. Indrasmoro on

Dalam buku Dengan Tangan Terbuka, Nouwen menjelaskan yang penting dalam doa bukannya bahwa doa itu terbagi menjadi doa permohonan, doa syukur atau pujian. Namun, apakah doa itu merupakan doa yang penuh pengharapan atau doa dengan iman yang kecil saja.

Doa yang menunjukkan kurangnya iman adalah doa di mana kita berpegang erat pada hal-hal yang konkret sesaat agar kita dalam kadar tertentu merasa aman. Doa ini berisi permintaan-permintaan yang harus segera dipenuhi. Kalau doa tidak dikabulkan, tidak memperoleh yang diharapkan, menjadikan kita kecewa, bahkan sakit hati dan memberontak. Doa semacam ini ditandai rasa takut dan cemas.  Kalau yang diharapkan tidak terkabul, kita merasa sangat terpukul. Permohonan diarahkan pada hal yang diinginkan, bukan kepada pribadi yang dapat atau mungkin saja tidak dapat mengabulkannya.

Karena begitu ingin mengamankan masa depannya sendiri, orang yang kecil imannya menutup diri terhadap hal-hal yang mungkin masih akan datang. Ia ingin mendapat kepastian dalam hal yang tidak pasti, tidak sabar dengan janji yang tidak kelihatan yang dijanjikan oleh masa depan. Oleh karena itu, doa orang yang imannya kecil adalah doa tanpa pengharapan. Doanya penuh perhitungan, kikir, dan takut risiko. Demikian juga doanya tidak menyuarakan keputusasaan. Tidak ada bahaya untuk berputus asa dan tidak ada kesempatan untuk berharap. Orang seperti itu akan menjadi kerdil, terperangkap dalam dunia yang sempit.

Orang yang mempunyai harapan tidak terjerat oleh rasa was-was kalau-kalau keinginan-keinginannya tidak terpenuhi. Demikian juga doanya tidak tertuju pada pemberian, tetapi pada Dia yang memberi. Mungkin saja doanya tetap berisi banyak permohonan. Permohonan itu diajukan sebagai ungkapan iman tanpa syarat kepada Sang Pemberi segala yang baik. Yang hakiki dalam doa harapan adalah bahwa orang tidak minta jaminan, tidak mengajukan syarat dan tidak menuntut bukti, mengharapkan segala sesuatu dari Dia tanpa memaksa-Nya. Harapan dilandaskan pada keyakinan bahwa Ia hanya memberikan yang baik. Harapan mencakup keterbukaan menantikan Dia melaksanakan janji-Nya yang penuh kasih, juga kalau tidak tahu kapan, di mana dan bagaimana janji itu akan terlaksana.

Orang yang berdoa dengan pengharapan mungkin masih mohon banyak hal. Bahkan  termasuk hal-hal yang sangat konkret seperti udara yang baik dan kemajuan dalam usaha. Sangat konkretnya permohonan itu sesungguhnya merupakan tanda ketulusan. Semua permohonan konret tersebut adalah sarana untuk mengungkapkan kepercayaan tanpa batas kepada Dia yang memenuhi segala janji-Nya. Bahwa, Ia hanya memberikan yang baik, yang bagi diri-Nya sendiri tidak menghendaki yang lain kecuali menyatakan kemurahan hati-Nya.

Dalam doa pengharapan, sekolah Kristen bisa menyuarakan keputusasaan sekaligus permohonan konkret bersedia menerima solidaritas dari pihak lain. Solidaritas adalah pilihan hidup selaras dengan kearifan orang miskin atau lemah dan mendukung perjuangan mereka. Ada tiga bentuk solidaritas yang saling berhubungan sebagai jawaban konkret atas realitas perjuangan orang miskin atau lemah. Pilihan menentukan bentuk solidaritas tergantung pada berbagai situasi dan kondisi. Ada yang bisa bersolider dalam bentuk kehadiran, menemani, atau  berada bersama. Ada yang bisa bersolider dengan secara langsung melayani atau memberikan pertolongan. Ada yang bisa bersolider dengan secara aktif berusaha memperjuangkan struktur dan sistem yang lebih manusiawi.

Namun solidaritas bukanlah hal yang langsung jadi, perlu melewati beberapa tahap. Pertama,  tahap belas kasih  yang dinyatakan dengan cara berada bersama atau memberi bantuan kepada  yang lemah atau miskin.  Ketika belas kasih itu tidak menyebabkan perubahan pada pihak yang dibantu  bisa muncul ragam reaksi. Orang kemudian masuk dalam tahap kemarahan, kecewa dan rasa berontak.  Timbul kesadaran bahwa ada sesuatu yang salah. Yang berhasil mengatasi tahap kemarahan akan menuju tahap kerendahan hati.  Bahwa, bukan mereka sendiri yang menyelamatkan  orang-orang lemah atau miskin, sebab ternyata yang dibantu juga memiliki sumber daya dan bakat-bakat pribadi. 

Baik sekolah Kristen penerima solidaritas maupun pihak yang bersolider dengan sekolah Kristen, keduanya dipanggil masuk dalam doa pengharapan. Agar solidaritas yang diterima maupun diberikan lahir dari perjumpaan dengan Allah. Siapa pun yang berdoa dengan pengharapan, dipanggil untuk menempatkan hidup dan karyanya di tangan Allah. Rasa takut dan cemas menghilang. Segala sesuatu yang diterima dan yang diberikan tak ubahnya jari yang menunjuk ke arah janji Allah yang tersembunyi yang akan dinikmati sepenuhnya.

Tyas Budi Legowo

Foto: Istimewa

Categories: Tala