Firaun Menyerah
Sabda-Mu Abadi | 21 Juni 2024 | Kel. 12:31-41
Kematian anak sulung, baik manusia maupun hewan, di seluruh Mesir membuat Firaun tak punya jalan lain kecuali mengizinkan Israel pergi untuk beribadah kepada TUHAN, Allah mereka. Firaun bertitah, ”Pergi, keluarlah dari antara bangsaku, kamu dan semua orang Israel. Pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, seperti katamu itu. Bawalah juga kambing dombamu dan kawanan lembumu, seperti katamu itu, dan pergilah! Mintalah juga berkat bagiku” (Kel. 12:31-32).
Menarik diperhatikan, Firaun memohon berkat TUHAN bagi dirinya. Mengapa? Bisa jadi, serangkaian tulah yang berpuncak pada kematian anak sulung menjadikan Firaun sadar bahwa lawannya adalah Penguasa Segala Sesuatu. Ia tidak hanya Allah bagi orang Israel, Ia adalah Penguasa atas semesta. Kesepuluh tulah menegaskan bahwa TUHAN, Allah Israel, adalah Mahakuasa. Dan karena itu, Firaun merasa perlu memohon berkat melalui Musa.
Tak hanya Firaun, rakyat Mesir pun memohon umat Israel untuk pergi dari hadapan mereka. Keberadaan umat Israel di Mesir membuat orang Mesir khawatir kalau mereka tidak dapat menahan diri mereka dan melakukan kejahatan terhadap umat Israel. Mereka menyadari pula bahwa Allah Israel sungguh memberkati umat-Nya dan tak terima jika umat-Nya disakiti.
Dan umat Israel pergi bukan dengan tangan hampa. Allah membuat orang Mesir begitu murah hati dan memberikan mereka banyak harta sebagai bekal dalam perjalanan, juga modal awal di negeri baru. Bagaimanapun mereka adalah bangsa budak, yang meski punya simpanan pastilah tak cukup untuk bekal perjalanan, apalagi membangun bangsa. Pada gilirannya harta itulah yang menjadi materi dan bahan dalam membangun Kemah Suci.
Yang menarik diperhatikan pula adalah sejumlah orang asing yang ikut dalam rombongan bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir. Tampaknya peristiwa kesepuluh tulah itu membuat mereka memercayai TUHAN Allah Israel. Kepercayaan itu membuat mereka menggabungkan diri dengan umat Israel.
Kita—orang percaya abad ke-21—boleh menduga, inilah prototipe pekabaran Injil di masa depan. Pekabaran Injil bukan hanya buah tangan manusia, tetapi sejatinya adalah karya Allah sendiri. Manusia hanyalah alat yang dipakai Allah untuk memperlihatkan keagungan Allah. Inti dalam pekabaran Injil bukanlah jumlah orang yang akhirnya percaya, tetapi sejauh mana manusia memungkinkan sebanyak mungkin orang melihat dan mengalami kebaikan dan kemuliaan Allah.
Ini jugalah yang perlu terus ditanamkan para orang tua kepada anak-anak mereka.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan berikut untuk mendengarkan versi sinar: