Fundraising dan Panggilan Pertobatan

Published by Admin on

Sekolah Dasar Kristen (SDK) Toko ada di ujung paling timur jalan di depan balai desa Toko. Berada di lingkungan yang tenang, dikelilingi pepohonan besar, dengan suasana khas pedesaan. Di sebelah timurnya sawah luas menghampar. Di sebelah baratnya bersebelahan dengan bangunan gereja pepantan terdekat. Namun, kebanyakan warga gereja tinggal di lain desa. Anak-anak yang bersekolah di SDK Toko kebanyakan dari keluarga petani dan tidak Kristen. Dari total jumlah siswa 70 anak, yang Kristen 8 orang. Didampingi guru/karyawan sejumlah 9 orang, yang beragama Kristen 5 orang. 

SDK Toko—menurut  tulisan yang tertera di dinding teras depan—berdiri sejak 3 Januari 1972. Sekolah ini berusaha mengakar di masyarakat. Sampai saat ini tidak menarik uang SPP, apalagi uang gedung. Pilihan ini mengingat orang tua siswa kebanyakan dari ekonomi lemah. Jika ditarik SPP, kemungkinan calon murid akan memilih bersekolah di SD Negeri yang letaknya tak jauh (sekitar 2 km) dari SDK Toko. Untuk kebutuhan gaji guru, atau operasional sekolah, bersumber dari bantuan gereja setempat melalui komisi pendikkan, subsidi yayasan, dana BOS dari pemerintah, dan bantuan donatur.

Bisa dikatakan SDK Toko merupakan sekolah Kristen dalam satu yayasan yang paling aktif menggalang dana dari luar sekolah. Penggalangan dana dilakukan oleh komisi pendidikan gereja setempat.  Caranya dengan berkirim proposal kepada gereja-gereja atau lembaga-lembaga Kristen. Sudah ada ratusan proposal yang mereka kirimkan. Dengan keyakinan, dari sekian banyak proposal itu pasti ada yang berbuah menjadikan terhubung dengan donatur yang ingin membantu. Dan memang benar, ada donatur yang kemudian berkunjung ke SDK Toko, kemudian bercakap kerja sama apa yang bisa dilakukan ke dua belah pihak. Biasanya pihak SDK Toko juga menawarkan kegiatan yang bisa dirasakan manfaatnya untuk masyarakat sekitar.

Hal menarik dari penggalangan dana SDK Toko adalah kesediaan untuk berkirim proposal kepada gereja-gereja atau lembaga-lembaga  yang belum mereka kenal. Sedangkan sekolah Kristen lainnya di yayasan yang sama, biasanya berkirim proposal hanya kepada lembaga yang sudah dikenal. Dengan kata lain, ada kecenderungan proposoal baru dikirimkan setelah ada penjajagan kemungkinan akan diberi bantuan. Cara menggalang dana seperti Komisi Pendidikan SDK Toko nampaknya belum dirasa nyaman bagi sesama sekolah Kristen lainnya dalam satu yayasan. 

Mengacu pendapat Henri Nouwen, penggalangan dana (fundraising) adalah hal yang jarang sekali kita pikirkan dalam perspektif spiritual. Kita mungkin berpikir bahwa penggalangan dana adalah aktivitas pendukung, tetapi kurang menyenangkan. Memang, penggalangan dana kerap kali merupakan tanggapan tehadap suatu krisis. Ketika organisasi atau komunitas kita tidak punya cukup uang, kita berkata, ”Bagaimana cara memperoleh uang yang kita butuhkan? Kita harus mulai meminta-minta.” Kemudian kita sadar bahwa kita tidak terbiasa melakukannya. Kita mungkin merasa canggung dan sedikit malu akan hal itu.

Dari perspektif Injil, penggalangan dana bukanlah tanggapan atas suatu krisis (kekurangan uang). Penggalangan dana pertama-tama, dan yang paling utama, adalah suatu bentuk pelayanan. Itu adalah cara menyampaikan visi kita dan cara mengundang orang lain kepada visi kita. Visi dan misi menjadi sedemikian sentral bagi  kehidupan umat Allah sehingga tanpa visi, kita akan hancur dan tanpa misi kita akan kehilangan jalan (bdk. Ams. 29:18; 2 Raj. 21:1-19). Visi memberi kita keberanian untuk bicara ketika kita mungkin cenderung ingin diam saja (Kis. 18:19).

Penggalangan dana adalah mewartakan yang kita yakini sedemikian rupa sehingga kita menawarkan kepada orang lain untuk berpartisipasi dengan kita dalam visi dan misi kita.  Penggalangan dana bahkan kebalikan dari mengemis. Ketika kita berusaha menggalang dana, kita tidak berkata, “Bisakah Anda  menolong kami karena kami sedang mengalami kesulitan keuangan?” Namun, kita menjelaskan, “Kami mempunyai visi yang bagus dan menarik. Kami mengundang Anda untuk turut berinvestasi melalui sumber daya yang Tuhan berikan kepada Anda—energi, doa, dan uang Anda—dalam karya di mana Allah telah memanggil kami.”

Penggalangan dana juga selalu merupakan panggilan kepada pertobatan. Dan panggilan ini datang kepada mereka yang mencari dana dan mereka yang memiliki dana. Entah kita meminta atau memberi dana, kita dikumpulkan oleh Allah yang sedang melakukan suatu hal baru melalui kerja sama kita (Yes. 43:19). Bertobat berarti mengalami perubahan mendalam dalam cara kita melihat, berpikir, dan bertindak. Bertobat berarti kembali kepada pikiran yang benar, menjadi sadar, seperti halnya anak bungsu yang kelaparan ketika ia jauh dari rumahnya (Luk. 15:14-20). Ini adalah suatu perubahan perhatian di mana kita membentuk pikiran kita kepada hal-hal yang kudus (Mat. 16:23). Penggalangan dana sebagai suatu pelayanan melibatkan pertobatan sejati.

Dalam penggalangan dana sebagai suatu pelayanan, kita mengundang orang kepada suatu cara baru berelasi dengan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Dengan memberi orang-orang suatu visi spiritual kita ingin supaya mereka mengalami bahwa mereka sesungguhnya akan mendapatkan keuntungan dengan menyediakan sumber-sumber dananya bagi kita. Kita sungguh percaya bahwa jika milik mereka hanya berguna bagi kita yang menerima, maka itu bukan fundraising dalam arti spiritual.

Penggalangan dana dari sudut pandang Injil berkata, ”Saya akan menerima uang Anda dan menginvestasikan dalam visi ini hanya jika itu memang baik untuk perjalanan rohani Anda, hanya jika itu baik untuk kesehatan rohani Anda.” Dengan kata lain, kita memanggil mereka kepada suatu pengalaman pertobatan, ”Anda tidak akan menjadi lebih miskin, Anda justru menjadi semakin kaya dengan memberi.” Kita boleh berkata secara berkeyakinan seperti Rasul Paulus, ”Kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati” (2 Kor. 9:11)

Jika penggalangan dana sebagai suatu pelayanan mengundang mereka yang memiliki uang kepada relasi yang baru dengan kepemilikan mereka, penggalangan dana juga memanggil kita untuk bertobat dalam hal relasi dengan kebutuhan-kebutuhan kita. Jika kita pulang dari memohon uang kepada seseorang dan kita merasa lelah dan merasa ”tidak pantas” akibat aktivitas yang ”tidak rohani” ini, maka ada sesuatu yang salah. Kita tidak boleh dikelabui  untuk berpikir bahwa penggalangan dana semata-mata aktivitas duniawi/tidak rohani. Sebagai suatu bentuk pelayanan, penggalangan dana sama rohaninya dengan berhotbah, berdoa, mengunjungi orang sakit, atau menberi makan orang lapar. Karena itu, penggalangan dana harus menolong kita dalam pertobatan juga.

Jika mereka yang mempunyai dana  dan mereka yang membutuhkan dana saling berbagi misi atau mempunyai misi yang sama, kita akan melihat tanda yang penting dari hidup baru dalam Roh Kristus. Kita saling memiliki dalam karya kita karena Yesus telah menyatukan kita dan keberhasilan kita tergantung pada cara kita tetap terhubung dengan Dia. Bersama Dia, kita dapat melakukan segala sesuatu karena kita tahu bahwa Allah melingkupi kita dengan rahmat yang melimpah. Mereka yang membutuhkan uang dan meraka yang memmemberikan uang bertemu atas dasar kasih Allah yang sama. Jika hal ini benar-benar terjadi, kita bisa berkata seperti Paulus, ”Itulah ciptaan baru!” (bdk. 2 Kor 5:17). Di mana ada ciptaan baru dalam Kristus, di sana Kerajaan Allah dinyatakan kepada dunia.   

Menggalang dana adalah cara yang paling konkret untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Apa itu Kerajaan Allah? Dengan jelas Yesus berkata bahwa jika kita mendahulukan Kerajaan Allah, maka ”semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33). Kerajaan Allah ialah di mana Allah menyediakan segala yang kita butuhkan. Itu adalah kenyataan ”cukup”, di mana kita tidak lagi ditarik ke sana ke mari oleh karena kekuatiran apakah kita berkecukupan. ”Karena itu, janganlah khawatir tentang hari esok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri.” (Mat. 6:34).

Apakah dasar rasa aman kita? Allah atau Mamon? Itulah yang ditanyakan Yesus. Ia mengatakan bahwa kita tidak bisa menyandarkan rasa aman kita kepada Allah sekaligus pada uang. Kita harus membuat pilihan. Yesus menasihati, ”Andalkanlah Allah.” Selama rasa aman kita terletak pada uang, kita tidak bisa menjadi anggota sejati Kerajaan Allah.

Tidak ada penggalangan dana sejati tanpa disertai doa dan syukur. Doa adalah suatu disiplin rohani dan melalui doa pikiran dan hati kita dipertobatkan dari permusuhan dan kecurigaan kepada keramahan terhadap orang-orang yang memiliki uang. Syukur adalah tanda bahwa pertobatan ini menyebar ke dalam semua aspek hidup kita. Jika kita melakukan pendekatan penggalangan dana dengan semangat syukur, kita melakukannya karena mengetahui bahwa Allah telah memberi hal yang paling kita butuhkan dalam hidup secara berkelimpahan.

Oleh karena itu, keyakinan kita pada misi dan visi kita, dan kemerdekaan kita untuk mengasihi orang yang kita ajak bicara untuk menyumbangkan uangnya, tidak tergantung dari tanggapan orang tersebut. Dari awal hingga akhr, penggalangan dana sebagai suatu pelayanan dasarnya adalah doa dan dijalankan dalam rasa syukur.

Tyas Budi Legowo
Foto: Istimewa